[Bash] : "Liburan tahun baru.. mau kemana, mbak?"
[Sy] : "Pinginnya mudik ke Kediri. Mbah Uti sudah kangen sama si kecil."
[Bash] : "Ayo mbak, kemping lagi.. ke Ranu Kumbolo."
[Sy] : "Waahh...?!! Asyik banget.. tapi.. tak pikir-pikir dulu, ya."
Tak pikir-pikir dulu, ternyata.. berarti "Ayo.. ayo.. kita berangkat..!"
Rombongan berjumlah 7 orang :
Aku dan si mas tersayang, Bashori dan dik Wanti (istrinya yang cantik), Hari (rekan sekantor - si gesit yang bikin kocak suasana) dan 2 adikku, Anton & Irwan.
Gimana dengan ananda tersayang.. M. Hanif.. ?!
Hanif dimomong dulu sama mbak Ning, yaa.. (pengasuhnya mulai dari bayi, yang telaten dan baik hati). Makasih, ya.. Mbak Ning. Berkat jasa Mbak Ning, aku dan mas, bisa sejenak kembali ke masa silam.. hiking, trekking & camping.
Seneng.. seneeng.. seneeeng sekali...!!
Catatan : 29 Desember 2005
Selepas Magrib, di Terminal Bungurasih Surabaya yang hiruk pikuk.
Sesuai kesepakatan, kami berkumpul di terminal Bungurasih. Setelah rombongan lengkap, kami segera mencari bus jurusan Malang. Begitu deretan kursi-kursi penumpang terisi penuh, bus segera melaju meninggalkan Bungurasih.
Sekitar satu setengah jam kemudian, kami sampai di Terminal Arjosari Malang. Dinginnya Malang belum terasa, saat kami menginjakkan kaki di pelataran terminal. Sambil membawa beban tas carrier yang lumayan berat, kami berjalan pelan menyusuri koridor terminal. Menuju area parkir angkot jurusan Tumpang.
Dengan sedikit berdesak-desakan, angkot warna biru melaju menembus kegelapan malam, menuju Pasar Tumpang.
Tgl. 29 Desember 2005, kami bermalam di Tumpang, di rumah Pak Yono.
Catatan : 30 Desember 2005
Desa Tumpang, dini hari yang terasa dingin, saat kabut masih membayang.
Jeep yang akan membawa kami ke Ranu Pane sudah setia menanti. Bersama para pendaki lain, kami segera naik ke atas jeep. Dik Wanti dengan cekatan mengajak duduk di depan, samping pak sopir.
[dik Wanti] : "Duduk depan saja, mbak.. Kalo di belakang.. harus berdiri dan berdesak-desakan..."
Siiipp..., usul yang sangat jitu... Buat mas tersayang, tabahkan hatimu ya, mas.. berdiri berdesakan di bak belakang.
Jeep segera bergerak, melaju di jalanan yang masih lengang dan sepi. Semilir sejuk angin pagi mengiringi perjalanan kami.
Perjalanan dari Tumpang menuju Ranu Pane sangat menarik dan mendebarkan. Kondisi jalan yang sempit, aspal yang rusak dan berlubang, tikungan yang tajam, serta tanjakan dan turunan yang sangat curam, silih berganti sepanjang perjalanan.
Benar-benar uji nyali bagi pak Sopir.
Sayang sekali, pagi ini cuaca mendung dan berkabut. Bila cuaca cerah, maka akan terlihat pemandangan indah dan mempesona kawasan pegunungan Bromo. Lautan pasir yang membentang luas dengan gunung Bromo ditengahnya. Sayang sekali..
Pos Pendakian Ranu Pane
Sekitar jam 8 pagi, kami sampai di Ranu Pane (2.200 m), desa terakhir di kaki Semeru.
Bashori segera menuju Pos Pemeriksaan untuk melapor dan mengisi form Surat Ijin Pendakian Gunung Semeru.
Aku, mas Fadjar, Hari, Anton dan Irwan menyempatkan jalan-jalan melihat keindahan Ranu (danau) Pane. Ranu Pane yang luas dengan airnya yang tenang.
Puas jalan-jalan.. ooppps.., perut keroncongan minta diisi. Segera kami beranjak ke warung makan buat sarapan pagi. Masing-masing personel memesan sarapan sesuai selera masing-masing.
Aku pesan nasi goreng dan mas Fadjar pesan nasi lodeh. Nasi lodehnya benar-benar membuat mas terpesona. Berkali-kali mas memuji betapa enaknya sarapan nasi lodeh.
"Eco tenan, Bu... Enak sekali lodehnya.. Sedeeep...!" begitu komentarnya berkali-kali.
"Ini nasi lodeh terenak yang pernah aku rasakan..."
Dan sebagai bonusnya, selesai makan dan membayar, si Ibu pemilik warung memberi sayur kobis yang gede sekali.
"Wah..wah.., terima kasih, Bu.. bisa buat sayur di Ranu Kumbolo nanti."
Perjalanan Ranu Pane - Ranu Kumbolo
Start dari warung makan. Kami berjalan melewati jalan beraspal yang menanjak. Pemandangan indah terlihat dari sini. Hamparan kebun sayuran penduduk yang tertata rapi. Kami mulai memasuki jalur pendakian.
Kami mulai memasuki hutan, menyusuri lereng bukit yang berupa jalan setapak.
Bashori dan dik Wanti sudah beberapa kali ke Ranu Kumbolo . Jadi mereka sudah hafal jalurnya. Kami tinggal mengikuti saja dari belakang.
Sepanjang jalan, banyak terdapat ranting-ranting pepohonan yang menjuntai, menghalangi jalan dan ilalang yang rimbun. Kami harus berjalan merunduk untuk melewatinya
Bashori dan dik Wanti sudah berjalan jauh, melesat di depan. Kami berlima tertinggal jauh di belakang. Benar-benar perjalanan yang sangat santai.
Ada pemandangan yang indah, kami berhenti dulu untuk mengaguminya. Atau setelah melewati tanjakan, kami istirahat dulu buat mengatur dan meredakan nafas yang tersengal. Atau kami istirahat karena kecapekan bercanda dan tertawa, dihibur oleh Gus Hari.
Gagah dan garangnya Watu Rejeng
Kadang kami disalip para pendaki lain yang berjalan trap - trap - trap bagai pasukan yang terlatih. Kami hanya mampu memandang dengan nyengir. Kalo sudah istirahat, biasanya kami jadi enggan bangkit, pinginnya berlama-lama menikmati pemandangan. Terus kapan sampenya....????!!!!
Tengah hari, sampai juga di Watu Rejeng. Batu terjal yang sangat indah. Pemandangan dari sini begitu mempesona. Lembah dan bukit-bukit yang menghijau.
Jadinya, pingin istirahat lagi... Hhmmmm...
Dengan sisa-sisa semangat, kami meneruskan perjalanan. Melewati lereng-lereng gunung yang berupa jalan setapak. Sebelah kanan, dinding gunung yang terjal dan sebelah kiri berupa jurang yang mencekam dalam. Cuaca yang mendung dan semilir sejuk angin gunung, setia mengiringi langkah-langkah kami.
Akhirnya kami sampai di Jembatan Merah. Jembatan yang legendaris, yang menghubungkan dua bukit. Para pendaki pasti menyempatkan berhenti sejenak disini.
[Bash] : "Semangat, Mbak..!! Ini sudah tiga perempat jalan. Sebentar lagi sampai di Kumbolo..."
Agak lama juga kami istirahat di Jembatan Merah. Setelah tenaga kembali pulih, kami segera melanjutkan perjalanan.
Kami kembali menyusuri lereng-lereng gunung. Pemandangan yang indah, sejenak mengusir kepenatan kami. Kadang terlihat kepulan asap yang keluar dari puncak Semeru, diantara rimbunnya cemara dan pinus.
Saat langkah sampai di tikungan bukit, pemandangan yang terhampar indah membuat kami takjub dan terbelalak.
Ranu Kumbolo..!! Ranu Kumbolo yang indah..!!
Alhamdulillah... Subhanallah...
"Mas.., kita sudah sampaiii.. !!" teriakku penuh semangat. Mas Fadjar hanya tersenyum dan mengucap syukur. Direntangkannya tangannya, menghirup udara yang bebas polusi dalam-dalam, penuh penghayatan.
Anton segera beraksi dengan kameranya. Mengabadikan pemandangan indah yang tersembunyi.
Di balik tikungan, dari atas bukit, kami istirahat sambil menatap pesona Ranu Kumbolo. Dari sini terlihat jelas bentuk danau yang sangat luas, pondok pendaki dan tenda warna-warni para pendaki yang mungil. Sangat indah.
Kami tak bisa berlama-lama istirahat. Langit berwarna abu-abu, mendung semakin kelam. Kami jadi khawatir kalo gerimis akan turun. Bergegas kami melanjutkan menuruni bukit. Nafas agak tersengal, namun hati sangat bahagia.
[Sy] : "Pinginnya mudik ke Kediri. Mbah Uti sudah kangen sama si kecil."
[Bash] : "Ayo mbak, kemping lagi.. ke Ranu Kumbolo."
[Sy] : "Waahh...?!! Asyik banget.. tapi.. tak pikir-pikir dulu, ya."
Tak pikir-pikir dulu, ternyata.. berarti "Ayo.. ayo.. kita berangkat..!"
Rombongan berjumlah 7 orang :
Aku dan si mas tersayang, Bashori dan dik Wanti (istrinya yang cantik), Hari (rekan sekantor - si gesit yang bikin kocak suasana) dan 2 adikku, Anton & Irwan.
Gimana dengan ananda tersayang.. M. Hanif.. ?!
Hanif dimomong dulu sama mbak Ning, yaa.. (pengasuhnya mulai dari bayi, yang telaten dan baik hati). Makasih, ya.. Mbak Ning. Berkat jasa Mbak Ning, aku dan mas, bisa sejenak kembali ke masa silam.. hiking, trekking & camping.
Seneng.. seneeng.. seneeeng sekali...!!
Catatan : 29 Desember 2005
Selepas Magrib, di Terminal Bungurasih Surabaya yang hiruk pikuk.
Sesuai kesepakatan, kami berkumpul di terminal Bungurasih. Setelah rombongan lengkap, kami segera mencari bus jurusan Malang. Begitu deretan kursi-kursi penumpang terisi penuh, bus segera melaju meninggalkan Bungurasih.
Sekitar satu setengah jam kemudian, kami sampai di Terminal Arjosari Malang. Dinginnya Malang belum terasa, saat kami menginjakkan kaki di pelataran terminal. Sambil membawa beban tas carrier yang lumayan berat, kami berjalan pelan menyusuri koridor terminal. Menuju area parkir angkot jurusan Tumpang.
Dengan sedikit berdesak-desakan, angkot warna biru melaju menembus kegelapan malam, menuju Pasar Tumpang.
Tgl. 29 Desember 2005, kami bermalam di Tumpang, di rumah Pak Yono.
Catatan : 30 Desember 2005
Desa Tumpang, dini hari yang terasa dingin, saat kabut masih membayang.
Jeep yang akan membawa kami ke Ranu Pane sudah setia menanti. Bersama para pendaki lain, kami segera naik ke atas jeep. Dik Wanti dengan cekatan mengajak duduk di depan, samping pak sopir.
[dik Wanti] : "Duduk depan saja, mbak.. Kalo di belakang.. harus berdiri dan berdesak-desakan..."
Siiipp..., usul yang sangat jitu... Buat mas tersayang, tabahkan hatimu ya, mas.. berdiri berdesakan di bak belakang.
Jeep segera bergerak, melaju di jalanan yang masih lengang dan sepi. Semilir sejuk angin pagi mengiringi perjalanan kami.
Perjalanan Tumpang - Ranu Pane
Perjalanan dari Tumpang menuju Ranu Pane sangat menarik dan mendebarkan. Kondisi jalan yang sempit, aspal yang rusak dan berlubang, tikungan yang tajam, serta tanjakan dan turunan yang sangat curam, silih berganti sepanjang perjalanan.
Benar-benar uji nyali bagi pak Sopir.
Sayang sekali, pagi ini cuaca mendung dan berkabut. Bila cuaca cerah, maka akan terlihat pemandangan indah dan mempesona kawasan pegunungan Bromo. Lautan pasir yang membentang luas dengan gunung Bromo ditengahnya. Sayang sekali..
".. Ini perjalanan yang kedua kali ke Ranu Kumbolo..
Perjalanan yang pertama..... bersama teman-teman SMA ...
Saat itu kami berhasil menggapai puncak ...
Saat itu kami berhasil menggapai puncak ...
Merayakan hari Kemerdekaan RI 17 Agustus di puncak Semeru .."
Pos Pendakian Ranu Pane
[Anton] : Pagi yang indah di Ranu Pane
dengan latar belakang perkampungan penduduk
Bashori segera menuju Pos Pemeriksaan untuk melapor dan mengisi form Surat Ijin Pendakian Gunung Semeru.
Aku, mas Fadjar, Hari, Anton dan Irwan menyempatkan jalan-jalan melihat keindahan Ranu (danau) Pane. Ranu Pane yang luas dengan airnya yang tenang.
Team Ranu Kumbolo siap berangkat (di depan Pos Pendakian Ranu Pane)
Puas jalan-jalan.. ooppps.., perut keroncongan minta diisi. Segera kami beranjak ke warung makan buat sarapan pagi. Masing-masing personel memesan sarapan sesuai selera masing-masing.
Aku pesan nasi goreng dan mas Fadjar pesan nasi lodeh. Nasi lodehnya benar-benar membuat mas terpesona. Berkali-kali mas memuji betapa enaknya sarapan nasi lodeh.
"Eco tenan, Bu... Enak sekali lodehnya.. Sedeeep...!" begitu komentarnya berkali-kali.
"Ini nasi lodeh terenak yang pernah aku rasakan..."
Dan sebagai bonusnya, selesai makan dan membayar, si Ibu pemilik warung memberi sayur kobis yang gede sekali.
"Wah..wah.., terima kasih, Bu.. bisa buat sayur di Ranu Kumbolo nanti."
Perjalanan Ranu Pane - Ranu Kumbolo
Start dari warung makan. Kami berjalan melewati jalan beraspal yang menanjak. Pemandangan indah terlihat dari sini. Hamparan kebun sayuran penduduk yang tertata rapi. Kami mulai memasuki jalur pendakian.
Kami mulai memasuki hutan, menyusuri lereng bukit yang berupa jalan setapak.
Bashori dan dik Wanti sudah beberapa kali ke Ranu Kumbolo . Jadi mereka sudah hafal jalurnya. Kami tinggal mengikuti saja dari belakang.
Sepanjang jalan, banyak terdapat ranting-ranting pepohonan yang menjuntai, menghalangi jalan dan ilalang yang rimbun. Kami harus berjalan merunduk untuk melewatinya
Bashori dan dik Wanti sudah berjalan jauh, melesat di depan. Kami berlima tertinggal jauh di belakang. Benar-benar perjalanan yang sangat santai.
Ada pemandangan yang indah, kami berhenti dulu untuk mengaguminya. Atau setelah melewati tanjakan, kami istirahat dulu buat mengatur dan meredakan nafas yang tersengal. Atau kami istirahat karena kecapekan bercanda dan tertawa, dihibur oleh Gus Hari.
Gagah dan garangnya Watu Rejeng
Kadang kami disalip para pendaki lain yang berjalan trap - trap - trap bagai pasukan yang terlatih. Kami hanya mampu memandang dengan nyengir. Kalo sudah istirahat, biasanya kami jadi enggan bangkit, pinginnya berlama-lama menikmati pemandangan. Terus kapan sampenya....????!!!!
Tengah hari, sampai juga di Watu Rejeng. Batu terjal yang sangat indah. Pemandangan dari sini begitu mempesona. Lembah dan bukit-bukit yang menghijau.
Jadinya, pingin istirahat lagi... Hhmmmm...
Dengan sisa-sisa semangat, kami meneruskan perjalanan. Melewati lereng-lereng gunung yang berupa jalan setapak. Sebelah kanan, dinding gunung yang terjal dan sebelah kiri berupa jurang yang mencekam dalam. Cuaca yang mendung dan semilir sejuk angin gunung, setia mengiringi langkah-langkah kami.
Akhirnya kami sampai di Jembatan Merah. Jembatan yang legendaris, yang menghubungkan dua bukit. Para pendaki pasti menyempatkan berhenti sejenak disini.
Jembatan Merah Gunung Semeru
Agak lama juga kami istirahat di Jembatan Merah. Setelah tenaga kembali pulih, kami segera melanjutkan perjalanan.
Kami kembali menyusuri lereng-lereng gunung. Pemandangan yang indah, sejenak mengusir kepenatan kami. Kadang terlihat kepulan asap yang keluar dari puncak Semeru, diantara rimbunnya cemara dan pinus.
Saat langkah sampai di tikungan bukit, pemandangan yang terhampar indah membuat kami takjub dan terbelalak.
Ranu Kumbolo..!! Ranu Kumbolo yang indah..!!
Alhamdulillah... Subhanallah...
"Mas.., kita sudah sampaiii.. !!" teriakku penuh semangat. Mas Fadjar hanya tersenyum dan mengucap syukur. Direntangkannya tangannya, menghirup udara yang bebas polusi dalam-dalam, penuh penghayatan.
Anton segera beraksi dengan kameranya. Mengabadikan pemandangan indah yang tersembunyi.
Di balik tikungan, dari atas bukit, kami istirahat sambil menatap pesona Ranu Kumbolo. Dari sini terlihat jelas bentuk danau yang sangat luas, pondok pendaki dan tenda warna-warni para pendaki yang mungil. Sangat indah.
Kami tak bisa berlama-lama istirahat. Langit berwarna abu-abu, mendung semakin kelam. Kami jadi khawatir kalo gerimis akan turun. Bergegas kami melanjutkan menuruni bukit. Nafas agak tersengal, namun hati sangat bahagia.
Ranu Kumbolo.., kami datang..!!
Wajah-wajah ceria di Ranu Kumbolo, berlatar belakang 'Tanjakan Cinta'
[Bashori & dik Wanti] : menikmati Ranu Kumbolo yang berselimut kabut
Ranu Kumbolo, yang sejuk dan damai..
Wooww.. enam jam perjalanan. Enam jam perjalanan untuk bisa menikmati keindahan Ranu Kumbolo. (ini termasuk perjalanan yang sangat santai, karena waktu normal jarak tempuh Ranu Pane - Ranu Kumbolo sekitar 3 s/d 4,5 jam saja) Bagaimanapun juga... alhamdulillah.. kami sudah sampai dengan selamat di Ranu Kumbolo.
Kami segera gotong royong mendirikan tenda dan menyiapkan peralatan buat masak.
Ranu Kumbolo di pagi hari.. Badan menggigil kedinginan
Ranu Kumbolo, masih seperti yang dulu..
Aku duduk beralaskan rumput yang lembab. Menatap Ranu Kumbolo yang berselimut kabut. Teringat sekilas perjalanan yang sangat berkesan dulu.., bersama teman-teman SMA. Suhu udara terasa sangat dingin. Mendung menggantung di langit kelabu. Suasana terasa sunyi.. terasa damai...
Masih seperti yang dulu...
Ranu Kumbolo masih tetap mempesona
tetap indah.. tetap syahdu..
tetap terjaga keasliannya..
tetap indah.. tetap syahdu..
tetap terjaga keasliannya..
Hanya saja.. sepasang belibis yang dengan setia mengitari danau,
sudah tak terlihat lagi.
sudah tak terlihat lagi.
Catatan : 30 Desember 2005
Malam hari di Ranu Kumbolo
Gerimis belum juga reda. Suhu udara semakin dingin menggigit. Langit berwarna kelam dan gerimis kecil berubah menjadi guyuran yang cukup lebat.
Berlima, kami duduk berdesakan dalam tenda. Menikmati kopi panas, milo, sereal, buah apel dan camilan. Kami mengisi malam dengan bercanda dan main kartu. Hari dengan baik hati meminjamkan selimutnya yang tebal buat kami semua.
Hi..hi..hi.. soale kalo gak dipinjemi, Hari "diancam" tidur di luar tenda. (Teganya.. teganya.. teganyaaa....).
Bashori dan dik Wanti ada di tenda sebelah.
Catatan : 31 Desember 2005
Pagi hari yang kelabu..
Ranu Kumbolo masih berselimut kabut. Cuaca mendung dan kadang turun gerimis. Dingin menggigit tulang. Badan menggigil, tangan dan kaki terasa beku.
Sayang sekali, kami gagal menyaksikan sunrise. Gagal menyaksikan matahari terbit dari celah-celah bukit yang mengelilingi Ranu Kumbolo. Mendung menghalangi terbitnya sang mentari.
Acara hari ini :
- jalan-jalan di sekitar Ranu Kumbolo
- masak nasi, pop mie, sarden, corned beef, dan roti bakar
- bikin minuman : kopi, wedang jahe, milo, sereal & teh panas
- saling bertukar cerita, bercanda dan main kartu
- menyaksikan butiran-butiran air hujan di depan tenda
Catatan : 31 Desember 2005 - 01 Januari 2006
Pergantian tahun di Ranu Kumbolo
Malam terasa dingin mencekam. Kami menatap Ranu Kumbolo yang kelam, berselimut kabut tebal, bagai menyimpan beribu misteri.
Malam ini, ada sekitar 10 tenda yang merayakan Tahun Baru di Ranu Kumbolo. Tetapi, semua memilih untuk berada di dalam tenda bersama kelompoknya. Berada dalam kehangatan tenda.
Malam Tahun Baru di Ranu Kumbolo
Tak ada tiupan terompet
Tak ada kembang api
Tak ada lagu "Happy New Year"
Tak ada hitungan mundur, 9,8,7,6,5,4,3,2,1....... byaaarrrr... Tahun Baru..!!!!
Hanya ada keheningan
Hanya ada sunyi yang mencekam
Hanya ada renungan batin
Hanya ada dingin dan temaram nyala lilin...
"SELAMAT TAHUN BARU 2006"
Ranu Kumbolo : keindahan yang mempesona dan tersembunyi
Catatan : 01 Januari 2006
Pagi ini kami berkemas. Melipat tenda, memasukkan barang-barang kedalam carrier. Bersiap turun kembali ke Ranu Pane. Bersiap kembali ke Surabaya.
Hari, Anton dan Irwan menyempatkan naik ke Oro-oro Ombo. Menyaksikan puncak Semeru mengeluarkan kepulan-kepulan asap.
[Anton] : Di Oro-Oro Ombo.. menyaksikan kepulan asap dari puncak Semeru
Ranu Kumbolo,
disini ada pemandangan yang mempesona, ada dingin yang membeku, ada sunyi, ada damai, ada malam yang mencekam, ada pagi yang berkabut, ada cerita, tawa dan canda.
Terima kasih buat semuanya, buat persahabatan dan perjalanan yang berkesan.
Surabaya.. kami kembali..!!
(Ernik S.)
Photo by : peserta wisata secara bergantian
No comments:
Post a Comment