Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday 22 October 2009

Wisata Religi di Daarut Tauhiid Bandung

Saat Bapak Penghulu mengakhiri pembacaan do'a buat mempelai pengantin, 
serentak yang hadir mengucap "Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin ..." 
dengan penuh rasa syukur. Aura kebahagiaan dan rasa haru 
memenuhi tempat berlangsungnya prosesi akad nikah dik Hari dan dik Sholihah.


Yaa.., kali ini keluarga besar Kediri dan Surabaya berada di Bandung dalam rangka pernikahan adik. Dik Hari menyunting mojang priangan yang cantik dan sholeha.

Acara resepsi pernikahan berlangsung meriah dan penuh keakraban. Kami merasa menikmati wisata Budaya yang berpadu dengan wisata Kuliner.

...Menikmati dialog bahasa Sunda yang terdengar asing, aneh..
namun indah bagi telinga Jawa kami.
Menikmati alunan lagu-lagu Sunda, menikmati denting kecapi.. 
dan suara seruling.. yang melankolis dan syahdu.
Menikmati sop buah yang segar, siomay, mie kocok
dan makanan khas Bandung lainnya yang sedap dan lezat...

Selamat berbahagia buat dik Hari dan dik Sholihah. 
Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. 
Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin ...

Acara selanjutnya... sudah pasti...!!! Keliling Bandung yang permai, menikmati keelokan alam Parahyangan.

Jalan-jalan keliling Bandung

Pagi ini, udara terasa sejuk. Mendung masih menyelimuti bumi Parahyangan. Sisa-sisa hujan semalam masih tampak membasahi jalanan. Angin berhembus pelan, melepaskan aroma tanah basah.

Rombongan kel. Kediri dan Surabaya sudah berkumpul di pelataran rumah kel. dik I'at, siap untuk jalan-jalan keliling Bandung.

Kami sempat bingung menentukan tujuan wisata. Ada ratusan tempat menarik di Bandung. Wisata belanja, wisata alam, wisata petualang, wisata nostalgia atau wisata religi. Liburan kami di Bandung, tinggal hari ini saja, setelah 2 hari disibukkan dengan acara pernikahan.

Akhirnya kami setuju dengan usul dik Hari. Tujuan pertama pagi ini : wisata religi di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid.

Wisata religi di Daarut Tauhiid

Pondok Pesantren Daarut Tauhiid berada di kawasan Bandung Utara, tepatnya di Jl. Gegerkalong Girang. Bangunan kompleks pondok pesantren tampak menyatu dengan perumahan penduduk. Di area pondok pesantren yang luasnya sekitar tiga hektare, berdiri bangunan masjid, gedung serbaguna, mini market, cottage, kafetaria dan gedung perkantoran.

Saat kami tiba di kompleks pondok pesantren Daarut Tauhiid, suasana sudah ramai dengan kegiatan para santri dan wisatawan yang datang berkunjung.

Alhamdulillah, pagi ini pimpinan pondok pesantren yang kharismatik, KH. Abdullah Gymnastiar, sedang memberikan kajian di masjid Daarut Tauhiid. Banyak sekali jamaah yang mengikuti kajian, sehingga masjid kelihatan penuh.

Ibunda, dik I'at dan dik Hasan segera berinisiatif mengikuti kajian, masuk ke dalam masjid dan berbaur dengan para jamaah lainnya. Kami cukup puas menyimak kajian A'a Gym yang ditayangkan lewat layar televisi sambil menemani para jagoan kecil. Ada beberapa TV yang dipasang di luar masjid dan menyiarkan kajian A'a Gym secara langsung. Kami menyimak lewat TV yang dipasang di samping mini market.

Hanya sebentar dik Hasan berada di dalam masjid. Kami jadi heran, berpandangan penuh tanda tanya, ada apa ini...???!! 
"Waahh...!! Aku ngga pe-de di dalam masjid. Semua jamaah pakai baju koko putih dan kopiah putih. Semua serba putih. Aku sendiri yang pakai baju berwarna. Sungkan aku rasanya...," ujar dik Hasan sambil tertawa.  
"Yang penting niatnya, dik...," komentar mbak Etik.
Dik Hasan hanya menggeleng sambil tertawa ,"Lihat disini saja, lewat TV..."

Bertamu ke kediaman A'a Gym

Cukup lama juga kami menemani para jagoan kecil bermain-main di depan mini market. Saat mereka tampak bosan, dik Hari segera mengajak jalan-jalan lagi.
"Ayo nunggu di rumah A'a Gym saja... Ibu sama neng I'at biar nyusul kesana.. ," ajak dik Hari.
Usul dik Hari langsung disambut koor, " Setujuuu...!!!"

Rombongan kecil segera beranjak, berjalan beriringan untuk pindah lokasi. Rumah A'a Gym berada di ujung sebuah gang di kompleks Pondok Pesantren. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Masjid Daarut Tauhiid.


Rumah A'a Gym terlihat asri, teduh dan nyaman. Halaman depan kelihatan luas beralas rumput yang terpotong rapi. Teras panggung yang dilapisi karpet hijau tua seakan menyambut hangat para tamu yang datang berkunjung. Setelah mengucap "Assalamu'alaikum..." , kami langsung duduk di teras, beristirahat, melepas lelah.

 
Dari teras panggung, kami bisa menikmati indahnya taman, yang dipenuhi aneka tanaman hias. Pada dinding taman dipahatkan relief untuk mengalirkan air terjun buatan. Air terjun yang mengalir jernih, mengisi kolam ikan di bawahnya. Suara gemericik air terjun dan semilir angin yang berhembus sejuk makin menambah keasrian rumah A'a Gym. Rumah bergaya pedesaan yang menyatu dengan alam sekitarnya. Hmmm.. rumah yang indah, sejuk, teduh dan damai.

Saat kami santai istirahat di teras, para jagoan kecil asyik berlarian dan bercanda dengan ikan-ikan di kolam.


Ibunda dan dik I'at sudah bergabung lagi dengan rombongan. Aku menyambut Ibu dengan gembira.  
"Wah.., syukurlah.. sebentar lagi A'a Gym akan pulang..."  
"Kelihatannya masih lama, Mbak Nik. Waktu I'at sama Ibu keluar, masih sesi tanya jawab," jawab dik I'at sambil melangkah duduk di teras.

Cukup lama kami menunggu, namun A'a Gym belum juga kembali dari masjid. Kami pengin sekali bisa berfoto bersama A'a Gym dan Teh Ninih di serambi depan rumahnya.

Para jagoan kecil sudah merengek pengin pindah lokasi lagi.  
" Ayo, Bu'... Jalan-jalan lagi," ajak Hanif sambil menggandeng tanganku.
Akhirnya kami berpindah tempat. Kali ini kami silaturahmi ke kantor Yayasan Daarut Tauhiid yang berada tepat di depan rumah A'a Gym.

Peristiwa 10 detik yang dramatis

Para jagoan kecil kembali bermain dengan riang gembira di halaman kantor Yayasan Daarut Tauhiid. Aku dan mas Fadjar sibuk menjaga Hanif  yang bermain kejar-kejaran.

Saat itulah terjadi peristiwa yang dramatis.
-----
A'a Gym dan Teh Ninih berjalan dengan tenang menuju ke rumahnya.
-----
"A'a Gym.....!!!!!" sontak dik Yayuk menjerit melihat sosok A'a Gym.
-----
A'a Gym yang mendengar suara dik Yayuk hanya tersenyum santun sambil melambaikan tangannya. Beliau dan Teh Ninih terus saja berjalan dengan tenang, masuk ke dalam rumah. Sepertinya beliau sudah lelah dan pengin segera beristirahat.
Rombongan lainnya hanya sempat terpana dan tertegun melihat berlalunya A'a Gym bersama Teh Ninih.

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Ilahi
...
("Jagalah Hati" cipt. KH Abdullah Gymnastiar)

Ke Pasar Baru memborong oleh-oleh

Dari kompleks pondok pesantren Daarut Tauhiid, kami melanjutkan lagi tour de Bandung. Saat kami mengutarakan pengin membeli oleh-oleh khas Bandung, dik I'at segera mengajak ke Pasar Baru.

Pasar Baru terletak di Jl. Otto Iskandardinata (Otista). Sekitar jam 11 siang kami sampai di Pasar Baru. Suasana terlihat ramai dan meriah. Tampak para pengunjung yang disibukkan kegiatan berbelanja dan lalu-lalang beragam jenis kendaraan. Mobil angkutan umum yang berhenti seenaknya di pinggir jalan semakin menambah kemacetan. Setelah berputar-putar sebentar, akhirnya kami mendapat tempat parkir yang nyaman.

Di depan pintu gerbang Pasar Baru, rombongan terbagi dua. Para Ibu siap tempur buat cuci mata dan berbelanja, sedang para Bapak dengan sigap mengambil alih tugas menemani empat jagoan kecil.

Sekarang Pasar Baru sudah menjelma menjadi kompleks pertokoaan yang modern. Terdiri dari 7 lantai dan tiap lantainya dihubungkan dengan eksalator.

Melihat suasana Pasar Baru, mata kami terbuka lebar penuh kekaguman. Sangat beragam sekali varian produk yang dijual disini. Mulai dari pakaian wanita, pakaian pria, pakaian anak-anak, keperluan bayi dan segala aksesorisnya. Busana muslim, aneka model jilbab, kaos, jaket, textile dan bahan kebaya tampak memenuhi kios-kios dan butik di Pasar Baru.  
Semuanya serba bagus, keren, indah dan banyak pilihan. Soal harga relatif murah dan ... masih bisa ditawar...!!!

Hanya sampai lantai 4 saja, kami berkeliling mengeksplorasi Pasar Baru.
Kaki sudah terasa pegaaaallll.... Kami turun lagi ke lantai dasar, ke tempat oleh-oleh khas Bandung.

Segala jenis dodol, wajit, keripik oncom, keripik tempe, keripik kentang, aneka jenis kerupuk dan bermacam jajanan lainnya, tersedia lengkap disini.

Penjual  menawarkan dagangannya dengan ramah. Kami boleh mencicipi dulu sebelum memutuskan membeli. Senangnyaaa...!! Melihat jajanan yang enak, legit, fresh dan harganya murah, kami sempat 'panik'. Rasanya pengin memborong semuanya.

"Mbaak..., kok belinya banyak sekali.... Keluarga Bandung sudah menyiapkan oleh-oleh buat dibawa pulang," dik I'at berbisik pelan.
Kami serempak menjawab ,"Tenang saja, dik... yang pesen oleh-oleh juga banyak. Buat tetangga dan teman-teman di kantor."

Selesai berbelanja, kami kembali ke tempat parkir mobil. Para Bapak dan para jagoan kecil tampak segar dan berseri-seri. Waahh.. pasti ada sesuatu, nih...!!
"Enak sekali, Bu'.. Tadi minum es cendol Elizabeth... Segeeerrr..!!!" lapor ananda Hanif.
Pantas saja...!!!

Study Tour ke ITB dan Masjid Salman

Saat dik Hari bertanya pengin kemana lagi sehabis dari Pasar Baru, jawaban yang muncul beraneka ragam.

[Dik Yayuk]       : "Tour belanja di FO, Distro...!!!"
[Me]                  : "Cihampelas Walk... Ci Walk..!!!"
[Adin & Naufal]  : "Ke tempat yang adem, Oom. Disini panas.. gerah.."
[Ibunda]             : "Sudah waktunya Dhuhur. Cari masjid dulu, baru jalan-jalan lagi..."

Dik Hari & dik I'at hanya geleng-geleng kepala mendengar silang pendapat dari anggota rombongan. Akhirnya Mbak Etik mengajukan usul : "Har..., jalan-jalan ke kampusmu saja. Ke ITB..!! Biar jadi motivasi Adin, biar tambah semangat belajarnya. Nanti kalo tamat SMA biar seperti Oom-nya... neruskan kuliah di ITB..."

Dik Hari langsung sumringah mendengar usul mbak Etik. "Begini saja, ya... Ke Masjid Salman dulu buat shalat Dhuhur. Terus ke kantin Salman, makan siang prasmanan... baru jalan-jalan ke ITB... Gimana...???"

Anggota rombongan saling berpandangan dan akhirnya..., "Akuurrr... setujuuu, Boss...!!!  Para jagoan kecil malah bertepuk tangan bahagia. Mama mia...!!!

Menikmati suasana khusyu di Masjid Salman ITB

Semilir angin bertiup lembut dan udara terasa sejuk, saat kami tiba di pelataran Masjid Salman. Masjid kebanggaan warga ITB. Lokasinya tepat berada di depan kampus ITB.

Segera kami mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat Dhuhur secara berjamaah. Empat jagoan kecil juga ikut shalat berjamaah secara tertib. Bahagianya melihat mereka... melihat wajah-wajah polos melantunkan gema takbir "Allahu Akbar...".

Suasana masjid yang tenang, sunyi dan sejuk membuat mereka yang sedang shalat, berdo'a dan berdzikir kelihatan begitu khusyu dan damai. Wajah-wajah penuh keikhlasan tampak bermohon ridha, rahmat dan ampunan dari Sang Maha Kuasa.. Allah SWT. Aamiin..

Makan siang di Kantin Salman ITB

Selesai mengerjakan shalat wajib, kami beriringan menuju kantin Salman. Saat kami sampai disana, suasana tampak ramai dan penuh oleh mahasiswa yang sedang menikmati makan siang.

Kantin Salman kelihatan bersih dan teratur. Menu yang tersedia sangat beragam, disajikan secara prasmanan.

[ Dik Hari ]    : "Ayooo... monggo ... milih sendiri sesukanya. Pokoknya... kalo tertarik dengan lauknya, langsung ambil saja, taruh di piring. Harga disini.. harga mahasiswa.. murah-murah... Makanya, ga' usah sungkan-sungkan, yaaa... Ambil sepuasnya... pengin lauk banyak ga' masalah...  Kalo sudah selesai ambil makanan, terus dibawa ke kasir, ya. Tak tunggu disebelah kasir..."

Begitu dapat aba-aba dari dik Hari, anggota rombongan segera bergerak. Ambil piring dan mengitari meja sajian untuk memilih lauk kesukaannya.

"Wah, kesempatan buat wisata kuliner..," pikirku. Jadinya, aku mengambil lauk pauk yang jarang dijumpai di Jawa Timur. Ada lima macam lauk di atas piringku.
Dik Yayuk melirik sekilas ke arah piringku dan berkomentar," Menu yang aneh... Menu tabrakan.. ga' ada serasinya blaass...!!"
"Yang penting ga' penasaran lagi. Di Surabaya... jarang ada lauk seperti ini," jawabku sambil terus memilih-milih menu yang unik.

Mas Fadjar, seperti biasanya.., pilih menu yang aman-aman saja. Ambil sayur sop, empal daging, perkedel kentang, telor mata sapi dan kerupuk ikan. Cool... kesannya.

Setelah memenuhi piring dengan nasi dan lauk-pauk, rombongan berbaris dengan rapi menuju kasir. Dik Hari dengan senang hati dan sigap, membayar semuanya.

Terima kasih.., dik Hari & dik I'at.. 
Panjang umur.. sehat selalu .. banyak rezeki.. Aamiin...

Menyusuri Taman Ganesha yang rindang

Sebelum menuju kampus ITB, rombongan berjalan-jalan dulu menyusuri Taman Ganesha. Sebuah taman kota yang terletak di Jalan Ganesha, persis di depan kampus ITB, di sebelah Masjid Salman.
 
 

Saat memasuki Taman Ganesha, udara yang sejuk menyegarkan terasa berhembus menyapa kami. Suasana taman begitu asri, teduh dan hijau. Banyak pepohonan besar, rimbun dan tinggi memenuhi sudut-sudut taman. Rindangnya beraneka pepohonan begitu meneduhkan di tengah panasnya cuaca Bandung.

Taman Ganesha dilengkapi dengan bangku-bangku tempat duduk yang dapat digunakan untuk bersantai melepas lelah. Di tengah taman terdapat kolam air mancur. Sayang sekali, siang ini air mancurnya tidak memancar.

Kami beristirahat sejenak di bangku taman, di bawah naungan pepohonan yang rimbun. Semilir angin masih setia berhembus sepoi-sepoi, sejuk dan menyegarkan.

Suara kicau burung terdengar merdu bersahutan. Refleks... kami  menengadah ke atas. Beraneka ragam burung tampak beterbangan dengan lincahnya diantara dahan-dahan pohon besar. Pemandangan yang indah. Menyaksikan burung-burung liar hidup bebas di habitat aslinya.

Jalan-jalan ke kampus ITB

Dari Taman Ganesha, rombongan melangkahkan kaki menuju kampus ITB.
Dik Hari bertugas sebagai pemandu wisata. Dengan gaya yang santai, dik Hari menjelaskan nama dan fungsi gedung-gedung yang berdiri megah di lingkungan kampus. Para jagoan kecil tampak bersemangat dan antusias mengikuti study tour 'menjelajahi' kampus ITB.


Rombongan lainnya memilih untuk beristirahat melepas penat di anak tangga ITB Student Center.

Cukup lama juga kami berada di kampus ITB. Tak terasa hari telah menjelang sore.
Rombongan segera berkumpul untuk bersiap pulang ke Jawa Timur. Rombongan keluarga Kediri diantar ke pool PO Kramat Djati, sedang keluarga Surabaya diantar menuju Stasiun KA Bandung.

Terima kasih buat keluarga besar Bandung, dik Hari & dik I'at. Terima kasih atas segala perhatian, ketulusan dan keramahan yang diberikan kepada kami selama berada di Bandung. Mohon maaf apabila ada perkataan atau perbuatan kami yang kurang berkenan. Semoga Allah SWT. senantisa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

(Ernik S.)
Photo by : dik Hari & dik Anton

Friday 11 September 2009

KEDIRI : kota yang tenang.., tempat melepas lelah


Kota Kediri yang tenang dan sejuk, tanah kelahiranku. Dari lahir hingga lulus SMA,
tiap hari kuhirup udara segar Kediri dengan penuh rasa syukur.

Hijrah ke Surabaya saat kuliah, bekerja di institusi pendidikan, lantas membangun hidup bersama keluarga tercinta.


(Dik I'at) : saat liburan di Kediri
 
Meski sudah menetap di Surabaya, pulang ke kota asal, ke kota kelahiran Kediri, selalu ada perasaan yang tak dapat diurai dengan kata.
Ada perasaan bahagia, perasaan gembira yang membuncah, ada rasa rindu
dan rasa haru yang mengisi relung-relung nadiku. 

Rindu dengan udara pagi yang segar, bersih dan sejuk.. 
rindu bau tanahnya, rindu semilir angin, rindu suasana rumah
rindu suasana desa yang tenang, asri dan damai
rindu bertemu kerabat, mendengar sapaan yang ramah
dan yang paling terindah.. 
rindu senyum Ibunda, rindu masakan sedap Ibunda..

Selalu terkenang masa kecil, saat masih berkumpul dengan (alm.) bapak, ibunda, mas, mba dan adik-adik. Terkenang dengan teman bermain dan teman-teman masa sekolah. Ada banyak catatan, beragam peristiwa, ribuan cerita dan kisah yang terukir indah. Kenangan yang terbawa hingga kini, mewarnai hari-hariku serta mengisi perjalanan hidupku.


Monumen Kediri Syu

monumen yang dibangun untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang Pembela Tanah Air (PETA) pada jaman pendudukan Jepang


Saat melahirkan putra-putri kami .., ananda Hanif dan Laili ....., kupilih Kediri sebagai tanah kelahirannya.

Biarlah ketenangan dan kearifan bumi Kediri menjadi saksi tangisan pertamanya.

Mas Fadjar yang asli arek Suroboyo, saat mudik ke rumah Ibunda Kediri, ikut merasakan dan terhanyut dengan detak kehidupan kota Kediri. 

Ritme kehidupan yang berjalan tenang, tanpa tergesa-gesa, bagai alunan musik yang berirama syahdu..

Sejenak terlupakan hiruk-pikuknya Surabaya, panasnya, debunya, macetnya dan
geliat kesibukan Surabaya yang terus dan.. terus bergerak.

Saat pulang ke Kediri, pulang ke rumah Ibunda, ada banyak kegiatan yang kami lakukan bersama keluarga. Kegiatan untuk melepas penat dan menikmati suasana kota Kediri. Mengunjungi tempat-tempat wisata dan mengecap nikmatnya kuliner kota Kediri.

Berikut catatan saat pulang ke kota tercinta Kediri :


AIR TERJUN IRONGGOLO


Perjalanan menuju ke wisata Air Terjun Ironggolo

Pada Minggu pagi yang cerah, kami jalan-jalan ke air terjun Ironggolo. Air terjun Ironggolo terletak di kawasan wisata Besuki, desa Jugo, Kec. Mojo, Kab. Kediri. Dari pusat kota Kediri dapat ditempuh dalam jangka waktu -/+ 45 menit perjalanan.

Dari pusat kota, menyeberang jembatan yang membelah sungai Brantas menuju ke bag. Barat kota Kediri. Jalur yang kami ambil melalui Puhsarang, Kec. Semen menuju Besuki. Jalur dari arah Kec. Semen (dari terminal Kediri terus ke arah Barat) telah diperlebar dan mulus dengan aspal hotmix. Sudah terpasang petunjuk dan rambu-rambu yang jelas menuju ke air terjun Ironggolo.


Pemandangan bukit-bukit yang menghijau

Perjalanan menuju ke air terjun terasa lancar dan menyenangkan. Jalanan berkelok-kelok sedikit menanjak dengan pemandangan bebukitan yang menghijau. Bebukitan yang sambung-menyambung sepanjang perjalanan. Pemandangan yang indah, mempesona dan menyejukkan mata.


Ajak aku menikmati segarnya air terjun

Sampai dilokasi wisata, Mas Fadjar segera memarkir kendaraan di tempat yang teduh. Udara disini terasa sejuk, segar dan bebas polusi. Kami beristirahat sejenak di salah satu warung yang berjejer di pelataran parkir. Cukup banyak menu makanan yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau.


Gazebo tua di lokasi wisata Air Terjun Ironggolo

Setelah badan kembali bugar, kami bersantai di gazebo, duduk meluruskan kaki, merasakan sejuknya semilir angin pegunungan. Menikmati hijau dan asrinya hutan di area wisata air terjun.

Kawasan wisata air terjun Ironggolo sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang yang memadai. Ada taman bermain yang cukup luas, mushola, tempat parkir, MCK, camping ground, area buat jogging dan hiking.

Jalan setapak menuju ke lokasi air terjun tampak bagus dan terawat, dilengkapi dengan bangku-bangku taman.
Kami bisa bersantai, duduk melepas lelah sambil melihat rindangnya pinus dan mendengarkan suara-suara alam.  

Desau gesekan daun yang tertiup angin..
derikan kumbang pinus yang melengking bersahut-sahutan.. 
dan sesekali terdengar bunyi kicau burung di kejauhan.  

Suara alam yang indah, membelai telinga...

Kami harus menuruni jalan setapak sekitar 10 menit, untuk melihat keindahan air terjun. Melewati jalan setapak yang membelah hijaunya hutan. Kami berjalan beriringan melintasi deretan pinus yang menjulang tinggi.  

Air terjun Ironggolo tersembunyi di balik rerimbunan hutan yang menghijau. Jatuhnya aliran air terjun sangat indah. Bertrap-trap, bagai aliran air melewati tangga yang berundak-undak.

Ananda Hanif terlihat sangat gembira, tak dihiraukan dinginnya air dan pakaiannya yang basah kuyub.  
"Bu'.., ayooo sini, Bu'.., temani Hanif main air..," ajaknya dengan riang.
Aku menyambut ajakan Hanif dengan antusias. Segarnya air terjun dan riangnya tawa ananda Hanif, bagai obat mujarab, menghapus semua keletihan, pelipur segala lelah dan penat.


SOTO BOK IJO (soto ayam khas Kediri)

Setelah puas bermain dan bercengkerama dengan segarnya air terjun, kami kembali turun ke kota Kediri. Menelusuri lagi jalan berkelok-kelok, menikmati lagi pemandangan bebukitan yang indah.

Karena perut mulai keroncongan, kami membelokkan kendaraan ke dalam kompleks Terminal bus Kediri. Pingin menikmati sedapnya soto ayam Bok Ijo.


Soto ayam 'Pak No' Bok Ijo

Soto Bok Ijo terletak di dalam area Terminal Tamanan Kediri. Begitu memasuki pelataran terminal, langsung disambut dengan spanduk bertuliskan :  

Selamat Datang di Sentra "Soto Ayam Bok Ijo" 
Terminal Tamanan Kediri

Di area ini terdapat puluhan penjual soto yang berderet-deret. Favorit kami adalah soto ayam Pak No yang terletak di deretan paling kanan, dekat dengan pintu masuk.

Soto Bok Ijo merupakan soto ayam khas Kediri. Disajikan dalam mangkuk kecil dengan porsi yang mini. Satu porsi terdiri dari nasi putih, potongan ayam kampung yang diiris kecil-kecil, diatasnya diberi taoge, irisan kol dan daun seledri, kemudian diguyur dengan kuah soto yang masih mengepul panas. Tak lupa diberi kecap dan jeruk nipis. Terasa segar, nikmat dan sedap...!!

(Catatan : bila tak suka pedas, sebaiknya langsung bilang saat penjual meracik soto. Khas-nya soto Kediri, lombok rawit langsung digerus di mangkuk sajian).


Ayam bakar Bok Ijo
Tetesan kecap manis, bumbu oles, bercampur dengan lemak daging ayam.. menebarkan aroma harum dan gurih.. Hhmmm..


Sebagai pelengkap, kami minta tambahan lauk sayap dan uritan (telur ayam muda) yang dibakar. Dibakar diatas arang sambil diolesi kecap manis. Waahh.., aroma ayam bakar yang gurih segera menyergap indera penciuman kami. Hhmmm.., langsung terasa lapar.,. tak sabar pingin segera menyantapnya.

Seporsi soto ayam harganya sangat murah, hanya Rp. 3000 saja. Untuk lauk pelengkapnya : dada Rp. 13.000, paha Rp. 9.000, sayap 1 porsi Rp. 10.000, kulit 1 porsi Rp. 10.000, uritan Rp. 7000, ati ampela Rp. 3.000, usus goreng Rp. 1.000 dan krupuk Rp. 500.
Soto ayam khas Kediri memang enak, nikmat dan murah...!!! 

Setelah badan kembali bugar dengan hangatnya soto ayam Pak No, kami memutuskan untuk pulang dulu ke Mojoroto, ke rumah Ibunda. Malam nanti kami berencana melanjutkan wisata kuliner di pusat kota Kediri, di Jl. Dhoho.


Nasi goreng khas Kediri dan filosofinya

Sekitar jam 9 malam, saat jalanan mulai lengang dan pertokoan mulai tutup, Jl. Dhoho segera berganti wajah. Di emperan toko sepanjang Jl. Dhoho dipenuhi penjual nasi pecel tumpang, nasi goreng dan mie goreng khas Kediri. Mereka menggelar tikar di atas trotoar jalan, berjualan secara lesehan. Suasana yang tercipta begitu santai, akrab dan merakyat.

Kami memilih lesehan nasi pecel tumpang yang berdampingan dengan penjual nasi goreng. Dik Irwan dan dik Erly segera memesan nasi goreng. Penjual nasi goreng menggunakan arang dan anglo untuk memasak. Nasi dimasak dengan bumbu-bumbu, diberi sebutir telur dan irisan ayam kampung. Hmmm.. aroma masakan tercium sangat harum dan sedap. Tapiii.., kami harus bersabar dan menahan diri untuk dapat menikmati kelezatan nasi goreng khas Kediri.

Penjual nasi goreng menerapkan filosofi "alon-alon asal kelakon". Sekali masak hanya untuk satu porsi. Misal untuk sekali masak diperlukan waktu 10 menit, maka yang antri diurutan ke-6, harus siap-siap kelaparan atau tidur-tiduran dulu di atas tikar. (Dik Irwan tertidur beneran... zzzzz... )
Segi positifnya, kami bisa pesan nasi goreng sesuai selera. Pingin rasa pedas atau sedang, pingin ada tambahan sayur atau tambahan jerohan ayam.

"Iki jenenge nasi goreng.., sabar sareh mesthi bakal pikoleh..", kata mas Fadjar tenang dengan ekspresi yang bijaksana. Aku tersenyum manyun. Adik-adik hanya manggut-manggut takzim. Entah mengerti dengan filosofinya mas Fadjar, entah bingung, entah mengantuk atau karena kelaparan.


Nasi goreng khas Kediri... "Monggooo.. dinikmati...!!"

Aku mengartikan filosofi diatas dengan terjemahan bebas : yang sabar menunggu dapat nasi goreng, yang tidak sabar silakan pesan makanan lain...!!
Maka dengan langkah tegap dan semangat, aku mendatangi ibu penjual nasi pecel tumpang di sebelah untuk pesan satu porsi.

Dengan cekatan ibu penjual meladeni permintaanku. Nasi pecel tumpang dengan lauk sate telur puyuh. Tidak sampai 3 menit, aku sudah bisa menikmati nasi pecel tumpang yang hangat dan sedap.

Nasi disajikan di atas pincuk daun pisang, diberi sayuran rebus daun pepaya, kecambah, bunga turi dan kacang panjang, lalu disiram dengan bumbu pecel dan sambal tumpang. Diatasnya diberi lalapan kecambah pendek, lamtoro, mentimun dan daun kemangi. Rempeyek yang renyah menjadi pelengkap sajian nasi pecel tumpang khas Kediri. Disini juga tersedia aneka macam lauk yang menggugah selera seperti ayam goreng, sate jerohan ayam, tahu tempe goreng, sate telur puyuh, sate usus, telur asin dan telur mata sapi.  
Wow.. woww.. sedapnya..!! hidup nasi pecel tumpang...!!!

Saat waktu bergulir hampir tengah malam, kami beranjak meninggalkan tempat lesehan. Kehidupan malam di Jl. Dhoho terus berlanjut, tak pernah lepas dari sepi sampai adzan subuh terdengar. Kami melewatkan malam hari dengan putar-putar keliling kota Kediri yang lengang, sampai mata terasa berat, baru kami pulang ke Mojoroto, ke rumah Ibunda.


Kediri.., kotaku yang indah dan tenang.. sampai kapanpun.. akan selalu lekat di hati dan di jiwa..


(Ernik S.)
Photo by : dik Hari & dik I'at

Thursday 15 January 2009

WISATA DI BLITAR : Water Park Sumber Udel, Makam Bung Karno & Kebon Rojo

Liburan akhir tahun telah tiba..!! Kel. dari Surabaya (Kel. Fadjar & Kel. Hasan) telah mudik dan berkumpul di Mojoroto Kediri, di rumah Ibunda.

Liburan kali ini, ananda Hanif tertarik dengan cerita mas Naufal yang pernah berenang di Sumber Udel. Sedangkan dik Yayuk pengin melihat suasana dan kemegahan Makam Bung Karno. Klop..lah. Liburan akhir tahun, kami ke Blitar lagi.

Seperti biasanya, kami langsung kontak Dik Lina di Blitar. Dik Lina oke-oke saja rumahnya dijadikan base camp saat kami liburan di Blitar.

Sore hari, setelah persiapan beres, rombongan dari Kediri segera meluncur ke Blitar.
Malam nanti kami menginap di rumah dinas Dik Udin-Dik Lina.


WATER PARK SUMBER UDEL, BLITAR





















Pagi hari setelah selesai sarapan, rombongan siap berangkat ke tujuan pertama : Water Park Sumber Udel.

Water Park Sumber Udel terletak di Jl. Kali Brantas, Kel. Bendo, di tengah kota Blitar, dekat dengan stadion (-/+ 100 m dari Stadion Blitar).

Dua kendaraan beriringan melaju di pagi yang terasa sejuk. Langit berwarna biru cerah, jalanan kota Blitar cukup lengang dan lalu lintas terlihat lancar.
Sampai di area parkir Water Park, kami harus antri dan bersabar menunggu arahan dari petugas untuk mendapatkan tempat parkir yang "layak". Sarana parkir terlihat kurang memadai dan sempit dibanding dengan banyaknya kendaraan pengunjung yang terus berdatangan. Tarif parkir kendaraan roda empat : Rp. 5000,-

Hari ini (liburan Tahun Baru Muharram 1430 H / Senin 29 Des. 2008) sangat banyak wisatawan yang berkunjung dan memadati Water Park Sumber Udel.

Aku ditemani ananda Hanif, segera menuju loket untuk membeli tiket masuk. Harga tiket saat hari libur : Dewasa Rp. 10.000,- dan tiket buat Anak-anak Rp. 7.500,-

Setelah anggota rombongan berkumpul dan lengkap, kami segera masuk ke dalam area Water Park.
Beriringan kami mencari tempat yang teduh buat istirahat. Di dekat taman bermain anak-anak, di bawah rindangnya pohon beringin, dengan area yang sudah dipaving rapi, kami menggelar tikar. Wah, nyaman... sekali, duduk santai sambil menikmati pemandangan area Water Park.




Naufal, Rifqi dan Hanif asyik bermain jungkat-jungkit di area taman bermain Water Park









Suasana di dalam Water Park kelihatan hijau, segar dan rindang.
Banyak tumbuh pohon-pohon beringin yang rimbun dengan akar gantungnya yang menjuntai hingga ke tanah.

Para jagoan kecil sudah tak sabar pengin segera berenang. Dengan cekatan mereka berganti pakaian renang dan melesat menuruni tangga, bergegas ke kolam bermain anak-anak.

Water Park Sumber Udel menyajikan aneka permainan air yang bisa dinikmati oleh anak-anak maupun orang dewasa. Terdapat beberapa kolam dengan bermacam fasilitas. Kolam renang anak yang dilengkapi dengan permainan terowongan air, seluncuran berbentuk binatang, air mancur berbentuk payung dan jamur raksasa. Kedalaman kolam anak ini sekitar 30-60 cm.

Menyenangkan sekali melihat keriangan para jagoan kecil bermain kecipak air yang jernih. Tawa dan senda guraunya (Adin, Naufal, Rifqi, Hanif & si cantik Nuha) terasa bagai nyanyian merdu nan indah. Mas Fadjar, dik Udin dan dik Hasan bertugas jadi life guard bagi para jagoan kecil.





















Fasilitas menarik lainnya adalah kolam river pool, gentong raksasa, air mancur raksasa, timba raksasa dan water sliding. Semua area permainan air tampak penuh dengan anak-anak dan orang dewasa yang riang gembira berenang, menikmati permainannya.

Di Water Park juga terdapat Kolam Olimpic, yaitu kolam renang dewasa yang bisa digunakan untuk berbagai perlombaan renang, lengkap dengan fasilitasnya, serta tempat duduk para penonton.

Dekat dengan kolam bermain anak, berdiri panggung gembira. Tampak group band lokal kota Blitar menyuguhkan lagu-lagu untuk menghibur para pengunjung. Jadi hari ini, suasana di Water Park Sumber Udel terasa sangat meriah, rame dan semarak.


BERCANDA DENGAN RUSA DI KEBON ROJO


Dari Water Park Sumber Udel, kami meneruskan wisata ke Kebon Rojo.
Kebon Rojo merupakan taman wisata dan tempat rekreasi keluarga yang berada di jantung kota Blitar. Kebon Rojo terletak di belakang kompleks rumah dinas Walikota Blitar. Masyarakat / wisatawan bisa menikmati fasilitas dan keindahan Kebon Rojo secara gratis.

Suasana di dalam Kebon Rojo terasa asri dan sejuk. Banyak pohon-pohon besar yang rindang memenuhi sudut-sudut Kebon Rojo. Ada taman bermain anak, gazebo, tempat bersantai, patung-patung binatang, sarana buat latihan panjat tebing dan air mancur yang indah.

Kebon Rojo juga merupakan kebun binatang mini. Ada rusa, monyet, burung merak dan binatang lainnya yang dipelihara disini. Puluhan rusa di Kebon Rojo terlihat jinak dan familiar. Tanpa rasa takut, barisan rusa berdiri dekat pagar kandang, mendekati pengunjung. Binatang jinak itu justru terlihat senang saat tangan-tangan mungil Naufal, Rifqi, Hanif dan Nuha mengelus-elus kepalanya.


"Wah.. rusanya lapar..!! Ayoookkk.. rusanya diberi makan..!"

Tanpa dikomando lagi, Naufal, Hanif dan Nuha mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di sekitar kandang. Tawa dan celotehannya terdengar riang saat rusa-rusa itu makan rumput yang disodorkan dengan lahap. Aku dan Mas Fadjar duduk-duduk santai di gazebo sambil mengawasi aktivitas mereka.

Saat para jagoan kecil riang bercanda dengan rusa, terdengar suara adzan dari masjid yang terletak di samping Kebon Rojo. Kami menyempatkan untuk sholat Dhuhur secara berjamaah. Wisata alam berpadu dengan wisata religius.


Setelah puas bermain-main di Kebon Rojo, rombongan segera meluncur ke rumah makan lesehan. Makan siang kali ini, menunya serba ikan gurami. Ada yang pesan gurami asam manis, gurami bakar saus kecap, dan gurami pesmol. Minumannya, semua punya selera sendiri-sendiri. Ada 10 jenis minuman berbeda yang terhidang di meja kami. Meriah sekali. Kami semua makan dengan nikmat dan lahap.


KAWASAN WISATA MAKAM BUNG KARNO

Selesai makan siang dan istirahat sejenak di rumah makan lesehan, kami meneruskan wisata melihat kemegahan makam Bung Karno.

Kawasan wisata Makam Bung Karno terletak di Kelurahan Bendogerit, Kec. Sananwetan, Kota Blitar.

Ada tiga tempat yang bisa dikunjungi di kawasan ini : Makam Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno dan rumah peninggalan Bung Karno. Area wisata makam Bung Karno terlihat sangat luas dan megah.

Dik Udin mengajak parkir di tempat yang tidak terlalu jauh dari kompleks makam. Parkir di pekarangan penduduk, dekat dengan perpustakaan Bung Karno. Jadi kami tak perlu jalan terlalu jauh untuk sampai di Makam Bung Karno.

Di tempat parkir, ibu-ibu penjual bunga untuk tabur ziarah langsung menyerbu kami. Menawarkan dagangannya dengan penuh semangat. Tapi kami menolaknya dengan halus.

Dari jauh, cungkup makam Bung Karno tampak menjulang dengan gagah. Cungkup yang menaungi bangunan joglo berlantai marmer.
Ada tiga makam di bangunan joglo tersebut. Makam Bung Karno yang diapit oleh makam Ayahandanya "R. Soekeni Sosrodihardjo" dan makam Ibundanya "Ida Ayu Nyoman Rai".

Keluar dari area pemakaman, kami harus melewati kawasan souvenir. Deretan kios-kios souvenir yang sangat panjang, berjejer dengan rapi menghias jalan menuju pintu keluar. Pemandangan yang sangat menarik. Berbagai macam kerajinan khas Blitar, baju-baju, kaos bergambar Bung Karno, tas, hiasan kaligrafi dan mainan anak-anak tampak terpajang menggoda mata.

Menjelang waktu Ashar, kami meninggalkan kompleks makam Bung Karno. Kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung depan Alun-Alun kota Blitar. Menunaikan kewajiban sholat Ashar.

Rombongan mengakhiri perjalanan di Blitar dengan wisata kuliner. Dik Udin mengarahkan kendaraan ke toko oleh-oleh khas Blitar yang terletak di sebuah gang. Dengan antusias kami memborong wajik klethik, jenang ketan polos / jenang ketan wijen, madu mongso, keripik rasa jahe dan macam-macam snack khas Blitar.

Terima kasih buat dik Udin & dik Lina. Terima kasih buat keluarga besar Kediri dan Surabaya. Liburan keluarga yang penuh tawa, canda dan cerita.

SELAMAT BERWISATA DI BLITAR.
(Ernik S.)

Wednesday 14 January 2009

WISATA DI BLITAR : Pantai Tambak Rejo


Blitar merupakan kota kecil yang terletak di bag. Selatan Jawa Timur. Berjarak sekitar 160 km. dari Surabaya. Rute yang biasa dilewati adalah Surabaya-Malang-Blitar atau Surabaya-Kediri-Blitar.

Wisata di Blitar cukup beragam, menarik dan menyimpan potensi yang besar, 
tak kalah dibanding dengan daerah-daerah lainnya. 
Meliputi wisata sejarah, wisata budaya, wisata religius, wisata kuliner dan 
wisata alam yang mempesona.

Seringkali kami (kel. Surabaya & kel. Kediri) berlibur dan jalan-jalan ke Blitar.

Ada adik kami (drh. Udin & drh Lina serta 2 balitanya) yang bermukim di Blitar.
Jadi, kalo kami pingin wisata/jalan-jalan ke Blitar, langsung saja mengontak adik.
Adinda Udin & Lina, selalu siap sedia menjadi guide wisata yang penuh perhatian, ramah dan banyak senyum.. :-)
Truss.., rumahnya di Kademangan berubah menjadi basecamp kami selama liburan di Blitar.


Berikut catatan wisata kami, saat dolan di Blitar :

PANTAI TAMBAK REJO

Pantai Tambak Rejo terletak di desa Tambak Rejo, Kec. Wonotirto, Kab. Blitar.

Rute menuju ke Pantai Tambak Rejo :

Ikuti jalan raya dari arah Kediri ke Blitar. Sampai di Blitar, setelah melewati jembatan besi yang besar dan kokoh (melintas di atas sungai Brantas), akan ditemui pertigaan, ambil belokan ke arah kiri. (Ada pos polisi di pojokan jalan). Ikuti terus jalan raya menuju ke arah Kec. Kademangan Blitar. Dari sini sudah banyak papan penunjuk jalan menuju ke Pantai Tambak Rejo.

Kami berangkat dari rumah Adik sekitar jam 08.00 pagi.
Perjalanan menuju pantai cukup menyenangkan dan menarik. Sudah banyak rambu-rambu penunjuk arah menuju Pantai Tambak Rejo, jadi tak perlu khawatir tersesat. Atau kalau ragu, bisa bertanya pada penduduk desa.

Jalan menuju pantai melewati kawasan bukit-bukit yang gersang dan tandus, melewati kawasan hutan jati, jalan yang sempit menanjak dan belokan-belokan yang tajam. Harus ekstra hati-hati mengemudikan kendaraan.

Menjelang pantai, jalan menjadi berkelak-kelok melalui bukit-bukit kapur yang kering.
Lepas dari perbukitan kapur, tampaklah hamparan pantai dan putihnya ombak dari kejauhan.

Sampai juga kami di pintu gerbang pantai. Setelah membeli karcis masuk dan parkir kendaraan di tempat yang adem, kami segera memboyong perbekalan menuju ke pantai.


MENERJANG OMBAK DI PANTAI TAMBAK REJO


Kami memilih tempat istirahat dibalik tebing karang yang perkasa. Tempatnya teduh, pasir pantainya terasa lembut dan bersih, diiringi hembusan angin pantai yang terasa sejuk semilir membuai.
Tempat yang ideal buat menggelar tikar, meletakkan perbekalan, lantas bersantai menikmati pemandangan.

Hari ini cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke pantai Tambak Rejo. Mereka asyik berjalan-jalan di sepanjang pantai menikmati pemandangan yang indah. Beberapa perahu nelayan tampak berlabuh di pantai, berayun-ayun mengikuti alunan ombak pagi hari.

Adin, Naufal dan oom-nya Anton, langsung berlari menuju pantai. Ceria sekali mereka bercanda. Berlarian menerjang ombak, tertawa keras saat tubuh mereka dihantam deburan ombak dan berguling-guling di pasir pantai yang lembut dan basah.

Pantai Tambak Rejo sungguh menawan. Hamparan pasir putihnya terasa lembut, membingkai birunya laut. Pantainya bersih, air lautnya jernih dengan alunan ombak yang tidak terlalu besar. Hembusan angin pantai terasa segar, bertiup semilir.. membuat pesona pantai semakin terasa indah.


MENIKMATI IKAN BAKAR DI TEPI PANTAI

Saat Adin, Naufal dan para oom-nya riang gembira berenang di pantai, kami gotong royong menyiapkan makan siang. Bekal nasi putih sudah kami bawa dari rumah, tinggal lauknya saja.

Di depan pantai tampak berjejer warung-warung kecil yang menjual ikan bakar. Dari jauh terlihat kepulan asap putih dari tempat pembakaran ikan. Ikan-ikan tongkol, salem dan tuna dijepit pakai kayu lantas dibakar. Wah, aromanya sungguh sedaappp..!!!
Adik Lina memborong ikan-ikan bakar buat lauk makan siang.

Saat kami kembali, Ibunda dan dik Yayuk sudah menyiapkan pembakaran ikan. Yap.. kami harus membakar lagi ikan-ikan yang telah kami beli agar tambah matang. Tak lupa kami menambahkan kecap dan bumbu agar ikan bakar terasa semakin lezat. Wah.. menu makan siang yang sangat nikmat.

Cukup lama juga Adin, Naufal dan Anton bermain-main di pantai. Berenang, bercanda dan berlarian mengejar ombak. Saat mereka tampak kelelahan dengan badan kemerahan kena sengatan sang mentari, mas Fadjar segera memanggil untuk istirahat.

Di atas tikar, kami istirahat dan rame-rame santap siang. Menikmati ikan bakar yang gurih dan sedap. Rasa lelah dan suasana pantai yang indah membuat santap siang kami terasa sangat nikmat dan sangat lezat...!!!


EKSPEDISI MENCARI PANTAI RAHASIA

Saat rame-rame makan siang, Dik Udin mengusulkan untuk melihat pantai yang tersembunyi di balik bukit.
"Wah, pantai rahasia...?!" Kami sangat antusias mendengarnya. Usul yang sangat menarik dan menantang.

Untuk menuju pantai yang tersembunyi, kami harus menaiki bukit yang terletak di sebelah tebing karang. Dengan semangat yang menggebu, kami rame-rame naik ke bukit yang cukup terjal.
(Ananda Hanif tidak ikut, tetap tinggal di pantai Tambak Rejo, dimomong sama Ibunda).

Beriringan kami mengikuti jalan setapak mendaki bukit. Wah, cape juga rasanya, kaki terasa berat melangkah ke depan. Tak lama kemudian kami sampai di bagian bukit yang berupa tanah datar.

"...Kami istirahat sejenak, melepas lelah. Dari sini pemandangan alam tersaji sangat indah. Hamparan lautan biru yang membentang hingga di batas kaki langit. 
Warna langit juga terlihat biru muda disaput awan tipis. Gulungan ombak saling kejar-mengejar menghantam tebing karang. Subhanallah.., indah sekali..."

Kami tak boleh lengah mengagumi indahnya alam, karena tanah datar di atas bukit ini berada di tepi jurang dengan lautan sebagai dasarnya.

Kami harus berjalan lagi mendaki bukit yang satunya. Pantai rahasia, dimanakah gerangan..???

Adin dan Naufal terlihat semangat sekali untuk menemukan pantai rahasia. Kaki-kaki kecilnya begitu ringan mendaki bukit. Para oom-nya tampak kerepotan mengimbangi kelincahan langkahnya. Sedangkan aku, seperti biasanya.. jalan santai sambil menikmati pemandangan yang indah.

Sampai di puncak bukit, kedua bocah kecil itu berteriak dengan lantang : "Ooooommmmm, pantainya ketemu....!!!!"

Tanpa menunggu lagi, Adin dan Naufal berlari melesat, menuruni bukit menuju pantai. Disusul para oom-nya dengan nafas yang tersengal, menuruni bukit dengan gembira. Pantai rahasia telah ditemukan...!!!!

Pantai yang indah. Jauh lebih indah dibanding Pantai Tambak Rejo. Pasirnya berwarna putih, bersih dan terasa lembut. Ombaknya ganas dan garang. Deburan ombak saat menghantam pantai terdengar sungguh menggetarkan hati. Pantai ini terlihat indah, sepi dan tersembunyi. Kecantikannya bagai disembunyikan oleh dua bukit yang membentenginya.

Kami memandang keindahan pantai dengan penuh kekaguman. Sangat indah, sebanding dengan perjalanan yang sulit untuk menemukannya. Hanya tampak beberapa wisatawan yang mengunjungi pantai ini.

Tanpa membuang waktu, Adin, Naufal dan para oom-nya segera berlari menyongsong datangnya ombak. Tawa riang mereka makin menjadi di tengah suara deburan ombak yang berdentam. Aku menyaksikan keceriaan mereka di atas pasir putih sehalus beludru. Pantai yang indah, mempesona, alami dan tersembunyi. Kami bagaikan berada di pantai antah berantah.

Setelah puas bermain-main di pantai yang tersembunyi, kami segera kembali ke pantai Tambak Rejo. Mendaki bukit, melangkah dengan gontai, menuruni bukit dan kembali ke peradaban pantai Tambak Rejo.

Menjelang senja kami bersiap untuk pulang, meninggalkan keindahan pantai Tambak Rejo. Badan terasa lelah, namun kami merasa sangat senang dan bahagia. Liburan keluarga yang ceria dan mengesankan.

Catatan : pantai rahasia tersebut bernama Pasetran Gondo Mayit

SELAMAT BERLIBUR DI PANTAI TAMBAK REJO BLITAR

(Ernik S.)
Photo by : Fadjar ER., Ernik S., dik Udin