Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, 16 January 2008

AIR TERJUN NGLEYANGAN
















 





Catatan yang tertinggal : Liburan Idul Fitri 2006

Liburan Idul Fitri masih panjang. Idul Fitri adalah momen yang istimewa dan menyenangkan. Kami bisa mudik dan berkumpul lagi dengan para sedulur di rumah Ibunda di Mojoroto Kediri.

Karena liburan masih panjang.., yuuukkk.. jalan-jalan lagi..!!
Kata sepakat, kami (aku, mas Fadjar dan adik-adik : Hari, Anton & Irwan) memilih wisata alam air terjun Ngleyangan.

Tapi.. gimana dengan ananda Hanif...??? Rasanya ga' mungkin lah.. ngajak si kecil ke wisata yang medannya masih alami. Kata sepakat lagi, Hanif dititipkan dulu ke Mbah Putri tersayang. Siiippp..

Sekarang tinggal packing dan persiapan. Penting sekali : bawa minuman, camilan dan perbekalan makanan yang lengkap.  

(Ket. : Di Ngleyangan jarang ada warung yang buka. Trusss.., alasan yang paling utama : semua peserta jagoan makan & masih dalam masa pertumbuhan.. hahahaa..).

Rute menuju ke Air Terjun Ngleyangan : 
 
Air terjun Ngleyangan terletak di lereng timur gunung Wilis, wilayah Kab. Kediri, tepatnya di Dusun Goliman, Desa Parang, Kec. Banyakan
Perjalanan menuju lokasi bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Sampai di pertigaan jalan sebelum Pasar Banyakan, berbelok ke kiri. Ikuti saja jalan pedesaan sampai menemukan Dusun Goliman. 
Kendaraan pribadi bisa dititipkan di rumah penduduk.
 

















Mulai menyusuri jalan setapak, menyusuri bebukitan yang gersang

Sekitar jam 09.30 WIB kami mulai start menyusuri jalan setapak. Rute perjalanan dimulai dari warung kecil di pojokan jalan.

Untuk menuju lokasi air terjun, kami harus jalan kaki sejauh -/+ 4 km. Jalan santai saja, menikmati pemandangan bebukitan yang gersang, ladang penduduk dan gagahnya pohon pinus yang makin jarang ditemui.

Penunjuk jalannya adalah pipa air. Ikuti saja pipa air sampai menemukan sebuah sungai dengan batu-batu besar.

Sudah ke-3 kali ini, kami menyusuri jalan yang sama menuju lokasi air terjun. Tiga kali pula, kami menemui pemandangan alam yang berbeda-beda.


Masa ke-1 :

Sebelum Reformasi membahana (sekitar tahun 1996). Pemandangan menuju air terjun masih begitu alami. Bebukitan masih menghijau, pepohonan masih teduh dan rimbun. Deretan pinus dan cemara masih berdiri kokoh dan menjulang tinggi.

Saat berjalan menyusuri hutan, kadang terdengar kicauan dan kepak sayap burung liar. Derikan kumbang kayu yang melengking, terdengar bagai jeritan yang bersahut-sahutan. Sungguh merdu.. suara-suara indah yang menyemarakkan kesunyian hutan.

Semilir angin dan sejuknya udara pegunungan begitu menyegarkan. Suara desau angin yang lewat di celah-celah pepohonan, makin menambah aura mistis hutan yang masih terlindungi.
 
..Indah, sejuk, asri dan penuh misteri..

Itu kesan pertama yang indah.. masih melekat erat.. terpatri dalam ingatan.. sampai saat ini. Sekaraaang...??? Hanya tinggal kenangan...



Masa ke-2 :

Sekitar tahun 2000. Reformasi yang membabi-buta telah merubah alam Ngleyangan.

 Hutan Ngleyangan telah porak-poranda, hancur lebur, 
gersang meranggas.. 

Rasanya masih begitu jelas terdengar raungan mesin penebang pohon yang menderu-deru. Sebagian besar pohon-pohon hutan yang telah berdiri kokoh puluhan tahun, tumbang, tak berdaya. Berserakan.. membuat bumi menjerit.. membuat bumi menangis.

Mereka telah salah mengartikan reformasi. Menurut mereka : "Reformasi adalah apa yang dulu tidak boleh dilakukan.., maka sekarang boleh dilakukan..!!". Pengertian yang salah kaprah. Jadi kalo dulu tidak boleh menebang pohon secara liar dan merupakan perbuatan yang melanggar hukum, maka sekarang bebas untuk melakukan apa saja. Ironis sekali...!!!


Masa ke-3 :

Tahun 2006, saat kami rindu dengan alam Ngleyangan. Apa yang terjadi..???!!! Miris rasanya..

Hutanku hilang, hutanku gundul, hutanku gersang, 
pinusku tumbang..!!  

Hutan belantara yang menghijau sudah berubah jadi perladangan penduduk. Tanaman jagung, ketela pohon dan pisang jadi pengganti rimbunnya cemara dan pinus.






















Hutanku hilang, hutanku gundul, hutanku gersang.. pinusku tumbang..

Jadinya, hampir tiga perempat perjalanan menuju ke lokasi air terjun, terasa panas menyengat. Sinar mentari langsung menyergap badan kami tanpa ampun. Perjalanan menembus hutan belantara hanya tinggal kenangan. Tampak kesepian sekali beberapa pohon pinus yang disisakan oleh penebang liar. Di batang pohonnya ada coretan tinta hitam : jangan tebang daku, demi anak cucu. Menyedihkan sekali.


















Kembali ke cerita perjalanan. Sekitar satu setengah jam perjalanan, sampailah kami di sungai yang penuh dengan batu-batu besar, yang memotong jalan setapak. Alhamdulillah...

Kami segera berlarian mencari batu besar favorit. Masing-masing personel sudah memiliki batu besar favorit buat tempat istirahat. Ademnya, nyamannya, segarnya.. begitu kaki-kaki yang terasa pegel ini direndam dalam air sungai yang jernih dan mengalir tenang.

Dari sini, kami akan menyusuri bukit di atas sungai. Kira-kira satu jam lagi, kami akan sampai di lokasi Air Terjun Ngleyangan.

Mendekati lokasi air terjun, masih dapat ditemui hutan belantara yang cukup rimbun dan lembab. Adem rasanya.. nyaman rasanya.., setelah 'terbakar' panas dan kelelahan berjalan di bawah teriknya sang mentari.

Di tengah sunyinya hutan belantara, sayup-sayup terdengar suara gemuruh air terjun. Kami berpacu mempercepat langkah. Akhirnya.. setelah melalui perjalanan yang cukup panjang.. dari balik rerimbunan pohon, tampaklah...
 

Air terjun Ngleyangan.. Indah dan mempesona..


Air terjun Ngleyangan memang menakjubkan. 
Tingginya -/+ 123 meter. 
Sebuah air terjun yang berlatar belakang batuan cadas yang garang. 
Tinggi dan menjulang perkasa. Sebuah kolam dibawahnya setia menampung tumpahan air yang mengalir deras dari atas. Suara air terjun terdengar garang bergemuruh. Hembusan air terjun yang terbawa angin begitu dingin menyegarkan. Pemandangan yang begitu menawan. 

Sangat indah.. Subhanallah...


Menikmati mantapnya kopi.., bbq ria.. bakar-bakar sate.. 
berlatar belakang pesona Air Terjun Ngleyangan..

Segera saja kami membongkar peralatan dan perbekalan. Pertama, menyeduh kopi buat menghangatkan badan.
.
Kopi akan terasa lebih nikmat bila diminum pada saat-saat yang istimewa..

Disini, dikelilingi alam yang asri.., di bawah pesona air terjun, diiringi suara gemuruh air yang menjejak bumi, minum kopi rasanya jadi nikmaaattt sekali.

Momen ini yang selalu bikin kangen.., ingin kembali ke Ngleyangan..

Merasakan sensasi menghirup aroma kopi dan mereguknya diantara hembusan air terjun yang menyegarkan.. Sungguh nikmaatt..!!
 
Kegiatan kedua : bakar-bakar sate buat mengisi perut yang keroncongan. Nikkmaattt yang kedua kali. Setelah perut kenyang dan badan terasa segar bugar.., adik-adik segera meluncur ke kolam air terjun.  

Bermain air, mandi dan berendam sepuasnya.., tapiii.. bbbbrrrrr... airnya dingin banget..!!

Aku lebih memilih untuk berdiam diri di atas sebongkah batu hitam sebesar gajah.  
..menikmati pemandangan yang indah..
Suasana di sekitar air terjun begitu asri, indah dan tenang. Semilir udara pegunungan berhembus sejuk menyegarkan. Alam menjadi terasa damai, membuat pori-pori jiwa seakan dialiri kekuatan yang menentramkan, membuang segala rasa gundah dan membuat semangat kembali berkobar.  

(mengepalkan tangan ke udara sambil meneriakkan kata.. M e r d e k a...!!! Halaahhhh...hahaha..)



Hari ini, pengunjung wisata air terjun Ngleyangan hanya kami berlima 

Sangat memprihatinkan dan membuat terharu biru. Wisata alam sehebat dan seindah ini.., begitu sepi dan minim pengunjungnya..


Semoga untuk hari-hari yang akan datang, wisata Air Terjun Ngleyangan akan menjadi hijau kembali, akan semakin bersinar, semakin banyak dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan. Aamiin..

Tahun 2008.. akankah kami mengunjungi Ngleyangan lagi.. ??? InsyaAllah..


(Ernik S.)
Photo by : peserta wisata secara bergantian : Fadjar, Ernik, Hari, Anton & Irwan 

Wednesday, 12 December 2007

renungan jiwa menuju pribadi yg mulia

KISAH SEORANG LELAKI AHLI SURGA

Anas Ibn Malik RA mengisahkan. "Kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Beliau bersabda, "Akan berlalu saat ini seorang ahli surga." Saat itu juga seorang sahabat dari Anshar muncul sembari menyela-nyela jenggot menghilangkan bekas-bekas wudhu. Tangan kirinya menenteng sandal.

Keesokan harinya Rasulullah SAW kembali mengatakan hal yang sama dan muncul sahabat Anshar itu. Di hari ketiga Rasulullah berkata seperti yang beliau ucapkan sebelumnya. Dan masih sahabat itu juga yang datang.

Ketika Rasulullah beranjak pergi, sahabat Abdullah ibn Umar membuntuti orang itu. Ia berkata padanya. "Aku berselisih dengan ayahku. Aku bersumpah tak akan tinggal bersamanya selama tiga hari. Jika kau izinkan, boleh aku tinggal bersamamu selama itu?" Sahabat Anshar itu menjawab, "Baiklah."

Abdullah ibn Umar bercerita bahwa ia tinggal bersama sahabat Anshar itu selama tiga hari. Tapi ia tak melihatnya bangun tengah malam beribadah kecuali ketika bangun ia selalu berdoa dan bertakbir hingga menjelang shalat Subuh. Abdullah mengisahkan, "Aku hanya mendengar ia selalu mengucapkan kebaikan."

Selama tiga malam itu, hampir saja aku remehkan semua yang ia lakukan. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya padanya, "Wahai hamba Allah, sebenarnya tak pernah terjadi perselisihan antara aku dan ayahku, tapi aku mendengar Rasulullah SAW berkata sebanyak tiga kali 'Saat ini akan berlalu seorang ahli surga' Aku perhatikan ternyata kamulah orangnya. Aku lantas bermaksud tinggal bersamamu untuk mengetahui lebih dekat semua yang kamu lakukan. Tapi sampai saat ini, aku tak melihat kamu melakukan sesuatu yang besar dan berharga. Aku bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan Rasulullah SAW mengatakan demikian."

Sahabat Anshar itu menjawab, "Diriku hanyalah seperti yang kamu lihat." Mendengar jawabannya, aku lalu beranjak meninggalkannya. Tapi selang beberapa langkah ia memanggilku, "Diriku hanyalah seperti yang kamu lihat, tapi memang tak pernah terbetik dalam hatiku perasaan dengki pada orang-orang muslim yang lain, atau iri terhadap semua yang Allah anugerahkan pada mereka."
Abdullah ibn Umar menimpali. "Ini dia yang menyebabkan kamu menjadi ahli surga."

(Hadist Riwayat Ahmad dengan sanad menurut syarat Bukhari, Muslim dan an-Nasa'i).

Sumber : 101 Kisah Teladan (Muhammad Amin al-Jundi, penerjemah: Safrudin Edi Wibowo, Lc.)

Berlibur di Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih, Pantai Karanggongso

"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H"
Bila tangan tak mampu berjabat,
biarlah jiwa dan batin.. dengan penuh keikhlasan
melebur salah dan khilaf selama ini
"Mohon maaf lahir & batin"



Diary Liburan Idul Fitri 1428 H

13 Oktober 2007 
(Rumah Ibunda di Mojoroto, Kediri)
 
Suasana semarak sekali. Keluarga mbak, adik-adik, ipar dan para keponakan sudah berkumpul di Mojoroto. Rame, seru, meriah, penuh cerita, canda dan tawa.

 
Diary Liburan : 17, 18, 19 Oktober 2007

Waktunya rekreasi bersama keluarga tercinta. Kami sepakat berlibur ke Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih dan Pantai Karanggongso di Trenggalek.  

Rombongan semakin banyak. Adik-adik yang Idul Fitri tahun lalu masih bujangan, sekarang sudah menggandeng istri tercinta.

Absensi peserta rekreasi :
  • Kel. 1 : Aku, Mas Fadjar dan ananda Hanif
  • Kel. 2 : Hari dan dik Sholihah (mojang priangan yang cantik)
  • Kel. 3 : Irwan dan dik Erly (akunting yang cekatan dan energik)
  • Kel. 4 : Anton (adik) dan Adin (keponakan yang selalu ceria)

Menikmati senja di Pantai Prigi
( Rabu, 17 Oktober 2007 )

Tujuan pertama kami ke Pantai Prigi
Pantai Prigi berada di wilayah desa Tasikmadu, Kec. Watulimo, Kab. Trenggalek.  

Rute perjalanan :  
Kediri - Tulungagung - Durenan (Trenggalek) - Prigi.
Catatan : Perjalanan lancar dan menyenangkan.

Sampai di pantai Prigi, kami segera menuju ke Hotel Prigi. Fasilitas : kamar ber-AC, TV, welcome drink, sarapan pagi, 2 double bed, ruang tamu dan teras dengan pemandangan ke taman yang asri. Terasa nyaman, lapang dan damai buat melepas lelah.

Jarak Hotel Prigi dengan pantai sangat dekat. Dari pelataran Hotel, kami bisa mendengar suara debur ombak yang datang silih berganti memecah pantai.

Sore hari, kami jalan-jalan melihat keindahan pantai. Pantai Prigi dikelilingi oleh bukit-bukit. Masih alami, lumayan bersih, berpasir lembut dan memiliki garis pantai yang sangat panjang.
Pantainya landai dengan ombak yang tidak terlalu besar. Di sekitar pantai banyak tumbuh pohon kelapa.

Anton dan Adin langsung berlarian menuju laut, menyongsong datangnya ombak, bermain dengan deburan ombak.

Aku, Irwan dan dik Erly berjalan-jalan menikmati butiran-butiran halus pasir pantai. Sesekali kami berlarian mengejar dan mengagetkan kepiting-kepiting kecil. (dasar usiiilll...!!)

Pemandangan pantai sangat indah. Senja membuat langit berwarna jingga dengan semburat kemerahan. Angin pantai semilir sepoi, semakin menambah rasa indah pesona pantai Prigi.

Saat adzan Magrib berkumandang, kami bergegas meninggalkan senja pantai Prigi, kembali ke penginapan.


PRIGI di malam hari










Malam hari ini, dik Anton bertugas sebagai babysitter. Menemani Hanif dan Adin di penginapan. Kami ber-enam jalan-jalan ke pasar desa Tasikmadu. Mencari makan malam dan camilan.

Suasana di sekitar pasar cukup ramai dan sibuk, terutama di warung-warung yang menjual makanan. Kami membeli fried chicken buat Hanif dan Adin. Menu makan malam buat yang lainnya : nasi goreng, mie goreng dan mie godog (mie rebus). 
Kami harus menunggu lama sekali sampai semua pesanan matang. (Hari sampai terkantuk-kantuk) Antriiii... Rasanya cukup lezat dan porsinya.. wooww.. jumbo..!!!

Kamis, 18 Oktober 2007

Prigi saat pagi hari.. udara segar, langit cerah, terasa indah dan menyenangkan.

 
Yuukk.. olah raga dulu.. badan jadi bugar dan tambah semangat

Kami meluangkan waktu buat bermain tennis (fasilitas hotel). Secara bergantian kami jadi pemain amatiran, terus berubah jadi ball boy/girl. Seneng sekali. Badan jadi bugar dan.. cape juga, yaaa... berlari-lari mengejar bola.

Pelabuhan Perikanan Prigi
 
Acara selanjutnya sarapan pagi di hotel, terus jalan-jalan ke Pelabuhan Perikanan. Di warung dekat pantai, kami sempat jajan bubur kacang hijau ketan hitam. Rasanya... enak, ringan dan manis.

Kami berjalan-jalan santai melihat suasana pagi hari di pelabuhan. Melihat perahu-perahu nelayan yang berlabuh, melihat kesibukan para nelayan membongkar hasil tangkapan malam hari, melihat hiruk pikuknya pasar ikan dan yang paling penting, melihat indahnya pemandangan dermaga pantai Prigi.




Pemandangan indah dermaga Pantai Prigi

Sangat nyaman duduk-duduk santai di pinggir dermaga. Di sini kami melepas lelah, sambil menikmati pemandangan pantai yang indah. Melihat laut lepas, melihat langit yang luas.










Pesona pantai Pasir Putih

Dari pelabuhan Prigi, kami meneruskan jalan-jalan wisata ke pantai Pasir Putih.

Pantai Pasir Putih terletak -/+ 2 kilometer, sebelah timur Pantai Prigi. Pantai yang indah dengan butiran-butiran pasir berwarna putih yang halus. Ombaknya tenang dan airnya terlihat jernih. Sangat menyenangkan bermain pasir dan berenang di pantai Pasir Putih.

Pantainya masih alami, dengan garis pantai yang landai, namun tidak seluas pantai Prigi. Banyak terdapat batu-batu karang yang berserakan di tepian pantai.

Area pantai Pasir Putih cukup teduh. Pinggiran pantai masih dikelilingi banyak pohon kelapa dan pepohonan yang rindang. Kami menikmati pesona pantai di bawah rimbunnya pepohonan, duduk beralas pasir putih yang lembut. Kami bisa santai membaringkan tubuh, menatap langit yang cerah, merasakan semilir angin laut dan mendengar irama syahdu debur ombak. Indah sekali.

Di depan pantai banyak berdiri warung-warung makan/minum dan cafe yang berderet-deret. Berjajar dengan rapi. Menunya cukup beragam. Mulai dari aneka seafood, nasi/mie goreng, soto, bakso, pecel dan yang lainnya.

Setelah kelelahan dan puas bermain dengan alunan ombak, kami segera membereskan barang-barang dan beranjak menuju cafe di depan pantai. Menikmati secangkir kopi, teh hangat, bakso dan soto ayam.

Jam sebelas siang, kami bersiap kembali ke penginapan. Waktu check out Hotel Prigi jam 12 siang.














Pesona pantai Pasir Putih.
Pasirnya putih dan halus, ombaknya tenang, airnya jernih, pemandangannya indah. Sangat cocok buat berlibur bersama keluarga














Renang.. renaaanngg.. bermain dengan debur ombak dan jernihnya air laut














Senangnya bermain pasir pantai yang halus dan bersih














Dermaga pantai Pasir Putih


Mencari ketenangan di Pantai Karanggongso 

Hari ke-dua, kami pindah penginapan di pantai Karanggongso. Menginap di Pondok Prigi Cottages.















(Pantai Karanggongso) Pemandangan indah yang tersaji di depan penginapan "Pondok Prigi Cottages"


Kami menempati kamar dengan pemandangan lepas ke pantai. Dari teras kamar, kami bisa melihat pesona pantai Karanggongso. 
Menikmati indahnya langit biru, pantai dengan latar belakang bukit-bukit yang menjulang perkasa, riak ombak yang tenang, perahu-perahu nelayan yang bersandar dan pasir pantai yang berwarna kecoklatan. Sungguh menawan..!!

Pantai Karanggongso :
  • terletak -/+ 1 (satu) km. sebelah timur pantai Pasir Putih
  • lebih sepi dibanding pantai Prigi dan pantai Pasir Putih
  • terdapat sebuah karang yang berdiri kokoh di tengah laut
  • alunan ombaknya sangat tenang
  • banyak perahu nelayan yang bersandar di pantai Karanggongso













(Pantai Karanggongso) Batu karang yang berdiri kokoh menunggu lautan


Memandang kerlap-kerlip lampu perahu nelayan

Malam hari, kami bersantai di gazebo depan penginapan. Menikmati pemandangan pantai saat langit yang luas berubah warna menjadi jelaga.  
(Adin & Hanif sudah tertidur pulas di kamar).

Menikmati pantai yang kelam, mendengar irama indah debur ombak, merasakan dinginnya angin laut dan memandang kerlap-kerlip lampu perahu nelayan yang sedang melaut. Ratusan bintang tampak bercahaya di langit yang berwarna pekat.

Pantai terasa sangat sunyi. Hanya terdengar suara debur ombak dan desau angin laut yang mengalun lembut.
Saat malam makin beranjak larut, kami segera mengundurkan diri, kembali ke kamar penginapan.

Jum'at, 19 Oktober 2007
 
Bangun pagi, udara pantai terasa segar, bersih dan langit berwarna biru cerah.
Acara hari ini : berenang di pantai Pasir Putih. 
Beriringan, kami jalan kaki menyusuri jalanan kampung yang masih lengang. Menyusuri jalur pantai, menuju pantai Pasir Putih. Sinar mentari pagi yang berwarna keemasan menyapa kami dengan ramah, terasa hangat menyentuh kulit. 
(Pantai Karanggongso airnya keruh, jadi kami lebih nyaman berenang di Pantai Pasir Putih) 














Berhenti sejenak di persimpangan (Pemandangan indah pantai Pasir Putih)


Pagi ini (sekitar jam 7 pagi), pantai Pasir Putih masih sepi. Kami sarapan dulu di salah satu cafe yang berderet di depan pantai.
Kami pesan beragam menu. Aneka menu seafood. Mas Fadjar pesan cumi-cumi yang dimasak saos asam manis. Masalahnya, kami harus menunggu lamaaaaa sekali, sampai semua pesanan matang. Di puncak kebosanan menunggu, Hari dengan kalem berkomentar, "Mestinya... kita pesan nasi sama garam saja. Jadi cepet datangnya. Ga' kelaparan seperti ini..."
(hwaaaa..hahaha..)

Selesai sarapan, kami segera menuju pantai. Berenang, bercanda dan bermain bersama alunan ombak.. sepuasnya..!! Sampai badan menggigil kedinginan dan tenggorokan terasa perih. (kasihaann.., banyak menalan air laut..).
Tapi kami merasa senang... senang... senang sekali..!!!  

Liburan keluarga yang mengesankan.













Bersantai di gazebo Pondok Prigi Cottages


Siang hari, kami kembali ke penginapan. Kembali menyusuri jalan desa yang lengang, kembali menyusuri jalur pantai yang landai. Para bapak merencanakan buat sholat Jum'at di masjid Karanggongso.

Jam 13.00 WIB, kami check out dari Pondok Prigi Cottages.














Jalan desa yang sepi dan lengang di depan cottages Karanggongso

 
Perjalanan pulang ke Kediri

Kami singgah di sebuah depot di Durenan, Trenggalek. Makan siang sekaligus wisata kuliner. Menunya : nasi campur yaitu nasi gule plus sate kambing (5 tusuk), disajikan dalam satu piring. Karena semua sedang lapar berat.. maka kami sepakat... rasanya... dahsyattt...lahhh..!!

Kami melanjutkan perjalanan pulang dengan nyaman dan menyenangkan. Terima kasih buat semuanya. Happy family... forever.. Aamiin.

(Ernik S.)
Photo by : dik Hari, dik Anton, Fadjar ER, Ernik S.


Indahnya kebersamaan.. 
indahnya senyum, tawa dan canda..

Kenangan indah saat di Pantai Prigi, 
Pantai Pasir Putih dan Pantai Karanggongso 
yang sempat terekam oleh lensa kamera

Adik-adik yang ceria (Hari, I'at, Irwan & Erly)

Bapak Fadjar & nanda Hanif

Lhoo.. gimana nih, aba-abanya..?? Bersedekap atau merentangkan tangan..??

Nanda Hanif tersayang
Semoga menjadi anak yang sholeh, pinter dan selalu sehat wal'afiat. Aamiin..

Pantai Karanggongso
Ada damai, ada guratan sepi, ada nyanyian rindu..


Saat rileks.. tanpa beban.. hanya ada tawa dan ceria.. Alangkah indahnya..!!
Yukk.. dirancang lagi acara dolan-dolan.. Setujuuu..???

Ranu Kumbolo (masih seperti yang dulu)

Siang hari, di kantor, sebelum liburan akhir tahun.

[Bash] : "Liburan tahun baru.. mau kemana, mbak?"
[Sy] :
"Pinginnya mudik ke Kediri. Mbah Uti sudah kangen sama si kecil."
[Bash] : "Ayo mbak, kemping lagi.. ke Ranu Kumbolo."
[Sy] : "Waahh...?!! Asyik banget.. tapi.. tak pikir-pikir dulu, ya."

Tak pikir-pikir dulu, ternyata.. berarti "Ayo.. ayo.. kita berangkat..!"
Rombongan berjumlah 7 orang :

Aku dan si mas tersayang, Bashori dan dik Wanti (istrinya yang cantik), Hari (rekan sekantor - si gesit yang bikin kocak suasana) dan 2 adikku, Anton & Irwan.

Gimana dengan ananda tersayang.. M. Hanif.. ?! 

Hanif dimomong dulu sama mbak Ning, yaa.. (pengasuhnya mulai dari bayi, yang telaten dan baik hati). Makasih, ya.. Mbak Ning. Berkat jasa Mbak Ning, aku dan mas, bisa sejenak kembali ke masa silam.. hiking, trekking & camping.  

Seneng.. seneeng.. seneeeng sekali...!!

Catatan : 29 Desember 2005
 

Selepas Magrib, di Terminal Bungurasih Surabaya yang hiruk pikuk.

Sesuai kesepakatan, kami berkumpul di terminal Bungurasih. Setelah rombongan lengkap, kami segera mencari bus jurusan Malang. Begitu deretan kursi-kursi penumpang terisi penuh, bus segera melaju meninggalkan Bungurasih.

Sekitar satu setengah jam kemudian, kami sampai di Terminal Arjosari Malang. Dinginnya Malang belum terasa, saat kami menginjakkan kaki di pelataran terminal. Sambil membawa beban tas carrier yang lumayan berat, kami berjalan pelan menyusuri koridor terminal. Menuju area parkir angkot jurusan Tumpang.

Dengan sedikit berdesak-desakan, angkot warna biru melaju menembus kegelapan malam, menuju Pasar Tumpang.

Tgl. 29 Desember 2005, kami bermalam di Tumpang, di rumah Pak Yono.

Catatan : 30 Desember 2005
 

Desa Tumpang, dini hari yang terasa dingin, saat kabut masih membayang.

Jeep yang akan membawa kami ke Ranu Pane sudah setia menanti. Bersama para pendaki lain, kami segera naik ke atas jeep. Dik Wanti dengan cekatan mengajak duduk di depan, samping pak sopir.


[dik Wanti] : "Duduk depan saja, mbak.. Kalo di belakang.. harus berdiri dan berdesak-desakan..."

Siiipp..., usul yang sangat jitu... Buat mas tersayang, tabahkan hatimu ya, mas.. berdiri berdesakan di bak belakang.

Jeep segera bergerak, melaju di jalanan yang masih lengang dan sepi. Semilir sejuk angin pagi mengiringi perjalanan kami.



Perjalanan Tumpang - Ranu Pane

Perjalanan dari Tumpang menuju Ranu Pane sangat menarik dan mendebarkan. Kondisi jalan yang sempit, aspal yang rusak dan berlubang, tikungan yang tajam, serta tanjakan dan turunan yang sangat curam, silih berganti sepanjang perjalanan.
Benar-benar uji nyali bagi pak Sopir.

Sayang sekali, pagi ini cuaca mendung dan berkabut. Bila cuaca cerah, maka akan terlihat pemandangan indah dan mempesona kawasan pegunungan Bromo. Lautan pasir yang membentang luas dengan gunung Bromo ditengahnya. Sayang sekali..

".. Ini perjalanan yang kedua kali ke Ranu Kumbolo..
Perjalanan yang pertama..... bersama teman-teman SMA ...
Saat itu kami berhasil menggapai puncak ...
Merayakan hari Kemerdekaan RI 17 Agustus di puncak Semeru .."

 

Pos Pendakian Ranu Pane

[Anton] : Pagi yang indah di Ranu Pane 
dengan latar belakang perkampungan penduduk

Sekitar jam 8 pagi, kami sampai di Ranu Pane (2.200 m), desa terakhir di kaki Semeru.

Bashori segera menuju Pos Pemeriksaan untuk melapor dan mengisi form Surat Ijin Pendakian Gunung Semeru.

Aku, mas Fadjar, Hari, Anton dan Irwan menyempatkan jalan-jalan melihat keindahan Ranu (danau) Pane. Ranu Pane yang luas dengan airnya yang tenang.


Team Ranu Kumbolo siap berangkat (di depan Pos Pendakian Ranu Pane)

Puas jalan-jalan.. ooppps.., perut keroncongan minta diisi. Segera kami beranjak ke warung makan buat sarapan pagi. Masing-masing personel memesan sarapan sesuai selera masing-masing.

Aku pesan nasi goreng dan mas Fadjar pesan nasi lodeh. Nasi lodehnya benar-benar membuat mas terpesona. Berkali-kali mas memuji betapa enaknya sarapan nasi lodeh.

"Eco tenan, Bu... Enak sekali lodehnya.. Sedeeep...!" begitu komentarnya berkali-kali. 

"Ini nasi lodeh terenak yang pernah aku rasakan..."

Dan sebagai bonusnya, selesai makan dan membayar, si Ibu pemilik warung memberi sayur kobis yang gede sekali. 

"Wah..wah.., terima kasih, Bu.. bisa buat sayur di Ranu Kumbolo nanti."


Perjalanan Ranu Pane - Ranu Kumbolo
 
Start dari warung makan. Kami berjalan melewati jalan beraspal yang menanjak. Pemandangan indah terlihat dari sini. Hamparan kebun sayuran penduduk yang tertata rapi. Kami mulai memasuki jalur pendakian.

Kami mulai memasuki hutan, menyusuri lereng bukit yang berupa jalan setapak.
Bashori dan dik Wanti sudah beberapa kali ke Ranu Kumbolo . Jadi mereka sudah hafal jalurnya. Kami tinggal mengikuti saja dari belakang.

Sepanjang jalan, banyak terdapat ranting-ranting pepohonan yang menjuntai, menghalangi jalan dan ilalang yang rimbun. Kami harus berjalan merunduk untuk melewatinya

Bashori dan dik Wanti sudah berjalan jauh, melesat di depan. Kami berlima tertinggal jauh di belakang. Benar-benar perjalanan yang sangat santai.

Ada pemandangan yang indah, kami berhenti dulu untuk mengaguminya. Atau setelah melewati tanjakan, kami istirahat dulu buat mengatur dan meredakan nafas yang tersengal. Atau kami istirahat karena kecapekan bercanda dan tertawa, dihibur oleh Gus Hari.
















 






Gagah dan garangnya Watu Rejeng


Kadang kami disalip para pendaki lain yang berjalan trap - trap - trap bagai pasukan yang terlatih. Kami hanya mampu memandang dengan nyengir. Kalo sudah istirahat, biasanya kami jadi enggan bangkit, pinginnya berlama-lama menikmati pemandangan. Terus kapan sampenya....????!!!!

Tengah hari, sampai juga di Watu Rejeng. Batu terjal yang sangat indah. Pemandangan dari sini begitu mempesona. Lembah dan bukit-bukit yang menghijau.
Jadinya, pingin istirahat lagi... Hhmmmm...

Dengan sisa-sisa semangat, kami meneruskan perjalanan. Melewati lereng-lereng gunung yang berupa jalan setapak. Sebelah kanan, dinding gunung yang terjal dan sebelah kiri berupa jurang yang mencekam dalam. Cuaca yang mendung dan semilir sejuk angin gunung, setia mengiringi langkah-langkah kami.

Akhirnya kami sampai di Jembatan Merah. Jembatan yang legendaris, yang menghubungkan dua bukit. Para pendaki pasti menyempatkan berhenti sejenak disini.


Jembatan Merah Gunung Semeru
 
[Bash] : "Semangat, Mbak..!! Ini sudah tiga perempat jalan. Sebentar lagi sampai di Kumbolo..."

Agak lama juga kami istirahat di Jembatan Merah. Setelah tenaga kembali pulih, kami segera melanjutkan perjalanan.

Kami kembali menyusuri lereng-lereng gunung. Pemandangan yang indah, sejenak mengusir kepenatan kami. Kadang terlihat kepulan asap yang keluar dari puncak Semeru, diantara rimbunnya cemara dan pinus.

Saat langkah sampai di tikungan bukit, pemandangan yang terhampar indah membuat kami takjub dan terbelalak.  

Ranu Kumbolo..!! Ranu Kumbolo yang indah..!! 
Alhamdulillah... Subhanallah...

"Mas.., kita sudah sampaiii.. !!"  teriakku penuh semangat. Mas Fadjar hanya tersenyum dan mengucap syukur. Direntangkannya tangannya, menghirup udara yang bebas polusi dalam-dalam, penuh penghayatan.

Anton segera beraksi dengan kameranya. Mengabadikan pemandangan indah yang tersembunyi.

Di balik tikungan, dari atas bukit, kami istirahat sambil menatap pesona Ranu Kumbolo. Dari sini terlihat jelas bentuk danau yang sangat luas, pondok pendaki dan tenda warna-warni para pendaki yang mungil. Sangat indah.

Kami tak bisa berlama-lama istirahat. Langit berwarna abu-abu, mendung semakin kelam. Kami jadi khawatir kalo gerimis akan turun. Bergegas kami melanjutkan menuruni bukit. Nafas agak tersengal, namun hati sangat bahagia.


Ranu Kumbolo.., kami datang..!!


Wajah-wajah ceria di Ranu Kumbolo, berlatar belakang 'Tanjakan Cinta'


[Bashori & dik Wanti] : menikmati Ranu Kumbolo yang berselimut kabut


Ranu Kumbolo, yang sejuk dan damai..
 
Wooww.. enam jam perjalanan. Enam jam perjalanan untuk bisa menikmati keindahan Ranu Kumbolo. (ini termasuk perjalanan yang sangat santai, karena waktu normal jarak tempuh Ranu Pane - Ranu Kumbolo sekitar 3 s/d 4,5 jam saja) Bagaimanapun juga... alhamdulillah.. kami sudah sampai dengan selamat di Ranu Kumbolo.


Kami segera gotong royong mendirikan tenda dan menyiapkan peralatan buat masak.


Ranu Kumbolo di pagi hari.. Badan menggigil kedinginan 
 

Ranu Kumbolo, masih seperti yang dulu..
 
Aku duduk beralaskan rumput yang lembab. Menatap Ranu Kumbolo yang berselimut kabut. Teringat sekilas perjalanan yang sangat berkesan dulu.., bersama teman-teman SMA. Suhu udara terasa sangat dingin. Mendung menggantung di langit kelabu. Suasana terasa sunyi.. terasa damai...


Masih seperti yang dulu...
 
Ranu Kumbolo masih tetap mempesona
tetap indah.. tetap syahdu..
tetap terjaga keasliannya..


Hanya saja.. sepasang belibis yang dengan setia mengitari danau, 
sudah tak terlihat lagi.


Catatan : 30 Desember 2005
Malam hari di Ranu Kumbolo

Gerimis belum juga reda. Suhu udara semakin dingin menggigit. Langit berwarna kelam dan gerimis kecil berubah menjadi guyuran yang cukup lebat.
Berlima, kami duduk berdesakan dalam tenda. Menikmati kopi panas, milo, sereal, buah apel dan camilan. Kami mengisi malam dengan bercanda dan main kartu. Hari dengan baik hati meminjamkan selimutnya yang tebal buat kami semua. 
Hi..hi..hi.. soale kalo gak dipinjemi, Hari "diancam" tidur di luar tenda. (Teganya.. teganya.. teganyaaa....).
Bashori dan dik Wanti ada di tenda sebelah.

Catatan : 31 Desember 2005 
Pagi hari yang kelabu..

Ranu Kumbolo masih berselimut kabut. Cuaca mendung dan kadang turun gerimis. Dingin menggigit tulang. Badan menggigil, tangan dan kaki terasa beku.
Sayang sekali, kami gagal menyaksikan sunrise. Gagal menyaksikan matahari terbit dari celah-celah bukit yang mengelilingi Ranu Kumbolo. Mendung menghalangi terbitnya sang mentari.

Acara hari ini :
- jalan-jalan di sekitar Ranu Kumbolo

- masak nasi, pop mie, sarden, corned beef, dan roti bakar
- bikin minuman : kopi, wedang jahe, milo, sereal & teh panas
- saling bertukar cerita, bercanda dan main kartu
- menyaksikan butiran-butiran air hujan di depan tenda

Catatan : 31 Desember 2005 - 01 Januari 2006 
Pergantian tahun di Ranu Kumbolo

Malam terasa dingin mencekam. Kami menatap Ranu Kumbolo yang kelam, berselimut kabut tebal, bagai menyimpan beribu misteri.
Malam ini, ada sekitar 10 tenda yang merayakan Tahun Baru di Ranu Kumbolo. Tetapi, semua memilih untuk berada di dalam tenda bersama kelompoknya. Berada dalam kehangatan tenda.

Malam Tahun Baru di Ranu Kumbolo

Tak ada tiupan terompet
Tak ada kembang api
Tak ada lagu "Happy New Year"
Tak ada hitungan mundur, 9,8,7,6,5,4,3,2,1....... byaaarrrr... Tahun Baru..!!!!

Hanya ada keheningan
Hanya ada sunyi yang mencekam
Hanya ada renungan batin
Hanya ada dingin dan temaram nyala lilin...

"SELAMAT TAHUN BARU 2006"

Ranu Kumbolo : keindahan yang mempesona dan tersembunyi

Catatan : 01 Januari 2006
 

Pagi ini kami berkemas. Melipat tenda, memasukkan barang-barang kedalam carrier. Bersiap turun kembali ke Ranu Pane. Bersiap kembali ke Surabaya.

Hari, Anton dan Irwan menyempatkan naik ke Oro-oro Ombo. Menyaksikan puncak Semeru mengeluarkan kepulan-kepulan asap.


[Anton] : Di Oro-Oro Ombo.. menyaksikan kepulan asap dari puncak Semeru


Ranu Kumbolo,

disini ada pemandangan yang mempesona, ada dingin yang membeku, ada sunyi, ada damai, ada malam yang mencekam, ada pagi yang berkabut, ada cerita, tawa dan canda.

Terima kasih buat semuanya, buat persahabatan dan perjalanan yang berkesan.

Surabaya.. kami kembali..!!

(Ernik S.)
Photo by : peserta wisata secara bergantian